ChanelMuslim.com- Residu itu sisa kotoran dari interaksi. Jika interaksinya di luar, sisa kotorannya kadang masih melekat dan terbawa ke dalam rumah.
Selalu ada residu atau sisa kotoran dari interaksi dengan dunia luar. Karena tidak ada jaminan di luar rumah selalu bersih.
Ada kotoran yang berasal dari sisa interaksi melalui mata. Interaksi antar lisan. Melalui lintas pendengaran. Dan akhirnya interaksi antar hati.
Residu Sibuk Urusan Bisnis dan Kerja
Sejatinya keluarga memiliki perhatian yang sama tentang urusan suami istri dan anak-anak. Seperti, makan bersama, beribadah bersama, sering kumpul keluarga, wisata, dan lainnya.
Karena dengan cara itulah, suasana keluarga menjadi tetap hangat, cepat tanggap, serasa dekat, harmonis, dan bebas masalah.
Namun, kadang karena urusan kerja dan bisnis suami istri, hal-hal penting tersebut menjadi seperti sepele. Hal ini karena yang dibandingkan adalah “remeh temeh” keluarga dengan urusan kantor, transaksi besar, atau hanya sekadar menjaga kelangsungan bisnis.
Hal ini boleh jadi tentang paradigma yang tidak utuh tentang berkeluarga. Bahwa, berkeluarga menjadi hanya sekadar bertemunya pria dan wanita yang diikat dalam akad yang sah. Dan selebihnya, selalu tentang uang, untung rugi, dan bagaimana hidup berkecukupan.
Padahal, hubungan berkeluarga jauh dari hal itu. Keluarga bukan perusahaan. Bukan sekadar organisasi. Bukan juga persekutuan dagang. Bukan pula sekadar kumpulnya orang-orang tertentu di rumah yang sama.
Keluarga merupakan amanah Allah subhanahu wata’ala yang jaminannya surga. Orang bijak menyebutnya sebagai ‘baiti jannati. Rumahku surgaku.
Artinya, di rumah itulah ada surga dunia yang penuh dengan suasana cinta, bebas dari sifat keburukan, menenangkan hati, dan lainnya. Dan, di rumah itu pula ada jaminan surga ketika kelak tinggal di akhirat sana.
Semua suami istri suatu saat akan mengalami tua. Saat itulah keduanya membutuhkan “tenaga segar” yang membantunya menatih hidup di masa tua. Dan hal itu hanya bisa didapatkan dari anak-anak mereka. Bukan dari tabungan yang segunung, bukan pula aset bisnis, dan sejenisnya.
Anak-anak akan menjadi seperti apa yang telah mereka terima dari ayah ibunya. Kalau mereka diasuh dengan cinta, cinta pula yang akan mereka berikan ketika ayah ibunya tua.
Bayangkan jika anak-anak hanya diperlakukan seperti burung mahal yang dikurung di sangkar emas. Yang hanya disapa ketika diperlukan, dan diabaikan ketika tak dibutuhkan.
Hal itu pula yang akan juga diterima ayah ibunya ketika tua. Ayah ibunya akan ditempatkan di sebuah rumah mewah yang penuh dengan pelayan. Dan rumah itu biasa disebut orang dengan panti jompo. Segalanya sudah tersedia, kecuali cinta.
Jadi, meskipun suami istri sibuk kerja, sibuk bisnis; soal keluarga harus tetap menjadi prioritas. Karena tak ada yang lebih mahal dari anak-anak untuk orang tuanya. Dan tak ada istilah bekas dari hubungan orang tua dengan anak-anaknya. [Mh]