Cuma di Indonesia ada guru boarding. Malaysia pun, saat sore, gurunya pulang. Jadi yang jaga anak-anak si warden atau admin staff. Kalau di Australia, hoho, mana ada guru boarding.
Menjadi guru boarding
Perlu cinta dan iman ekstra. Pahalanya juga banyak dari pagi bangun tidur hingga tidur lagi ditutup shalawat. Sekitar 24 hours with them bikin aku tambah cinta.
Uang bukan tujuan. Alhamdulillah ‘ala kulli hal, pagi hari sudah koordinasi. Siapa yang jaga ujian, siapa yang jaga anak, siapa yang bawa anak ke luar boarding biar nggak bosan.
Baca juga: Merasa Lucu Sama Kehidupan Orang Indonesia (Bag. 2)
Wuuyyy… refreshing-nya anak boarding keren ini ke Panca Rasa, Cibodas, dan Cimory. Bergantian, girls dahulu baru boys. Semua kebagian, Insha Allah. Karena kita keluarga.
Apa yang anak-anak rasakan, kami semua merasakan. Semoga Allah beri kesehatan prima dan ketangguhan mental serta dijauhkan dari yang jahat.
Anak boarding tuh nggak mesti diam saja di dalam, seperti di penjara. Tak ada manusia yang mau di kurung lama-lama. Di karantina pun pada ogah, makanya traveller ke luar negeri nggak banyak karena karantinanya lama beud.
Intinya; anak boarding perlu banget merasakan suasana yang berbeda dari keseharian di boarding.
Titipkan anak pada orang yang amanah, yang penuh cinta dan di matanya ada harapan ke surga. Lalu di hatinya terdapat kelembutan yang membuat nyaman siapa pun yang di dekatnya. Itu ada di guru dan ustaz-ustaz atau ustazah boarding di JIBBS dan JIGSc.