ChanelMuslim.com- Gonjang-ganjing tentang Anies Rasyid Baswedan seperti tak berkesudahan. Seperti cerita film laris, konfliknya bisa dibuat bersambung.
Siapa yang tak kenal Anies Baswedan. Nyaris, hampir semua orang di negeri ini akrab dengan nama itu. Wajahnya menarik, bicaranya lugas dan cerdas, tindak-tanduknya begitu luwes seolah tanpa cacat.
Itulah yang kian melekat di penampilan gubernur ibu kota ini. Seorang pengamat bahkan berseloroh, “Siapa pun yang ingin jadi calon presiden, silahkan debat terbuka dengan Anies.”
Ungkapan itu seperti menempatkan doktor bidang politik ini sebagai calon presiden yang tak tertandingi. Mau diotak-atik bagaimana pun, sosok Anies selalu mendominasi sebagai figur menarik calon presiden.
Uniknya, popularitas Anies justru kian menguat seiring dengan “penjegalan-penjegalan” yang dilakukan lawan-lawan politiknya. Seperti tak pernah habis, gonjang-ganjing yang ditujukan ke Anies selalu hidup dan tampak baru.
Publik masih ingat beberapa contohnya. Mulai dari isu rumah DP 0 persen, reklamasi Ancol, kasus kerumunan di Petamburan, penudaan pilkada, hingga yang terakhir interpelasi DPRD DKI tentang rencana Formula E.
Ada dua partai yang mengajukan interpalasi itu. Yaitu, PDIP dan PSI. Sementara, partai-partai lainnya menganggap tidak perlu. Bagi mereka, cukup ditanyakan saja langsung ke Anies tentang rencana Formula E itu. Kenapa harus dimunculkan konflik dan drama, menurut mereka.
Pengamat lain menilai, rencana interpelasi ini, secara politik, justru menguntungkan Anies. Karena itu sama saja dengan menyediakan panggung politik gratis untuk Anies.
Itulah seninya politik. Kian sosok tertentu banyak diserang, kian naik popularitasnya. Dengan kata lain, Anies justru “dibesarkan” oleh musuh-musuh politiknya.
Berkenaan dengan penundaan pilkada 2022 dan 2023 yang melibatkan sekitar 101 kepala daerah termasuk DKI Jakarta, di atas kertas memang akan merugikan sosok-sosok tertentu termasuk Anies.
Hal ini karena calon presiden di Pilpres 2024 mendatang boleh jadi bukan lagi dari kepala daerah yang “naik kelas”. Karena penundaan pilkada otomatis akan meredupkan kiprah mereka untuk bisa maju di pencapresan itu.
Itu di atas kertas. Dalam politik, ada sesuatu yang kadang dilupakan orang. Yaitu, politik merupakan seni menjadikan yang hampir tidak mungkin menjadi mungkin.
Pertanyaannya, seperti apakah yang hampir tidak mungkin untuk Anies di 2024 itu akan menjadi kebalikannya? Jawabannya masih sangat terbuka lebar. Apa pun bisa saja terjadi di luar prediksi. Karena Indonesia bukan milik segelintir partai. [Mh]