PARA ahli tafsir sepakat berpendapat bahwa bahwa surat ath-Thariq diturunkan pada periode Makkah. Yaitu setelah surat al-Balad.
Surat ini dinamakan dengan ath-Thâriq sebagai-mana tertera dalam mushaf al-Imam (usmany) serta di berbagai buku tafsir.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 66, Dihapuskan Mata Hatinya
Tafsir Surat Ath-Thariq Pengetuk pada Malam Hari
Oleh: Ustaz Dr. H. Saiful Bahri, M.A.
Secara etimologi, “ath-Thâriq” berarti mengetuk dengan suara yang terdengar keras. Bisa juga dipakai untuk menyebut orang yang berjalan dengan kaki.
Dan secara khusus digunakan pada waktu malam, karena umumnya pada malam hari pintu-pintu rumah kebanyakan ditutup. Kemudian makna ini diperluas menjadi apa saja yang terlihat pada waktu malam.
Adapun yang dimaksud dalam surat ini sebagian besar pakar tafsir mengartikannya dengan bintang yang muncul di malam hari.
Tema surat ini masih berkisar tentang hari akhirat. Adapun poros utama pembicaraan adalah tentang manusia, rahasia penciptaan serta tahapan-tahapannya kemudian memuat tanda-tanda kekuasaan Allah yang tiada batasnya.
Dan pembenaran terhadap al-Qur’an sebagai wahyu dan kitab Allah yang menjadi pembeda antara kebenaran dan kebatilan.
Muatan surat ini ditutup dengan hiburan kepada Nabi Muhammad supaya tidak terlalu menanggapi tekanan dari kaum kafir Quraisy.
Agar beliau terus bekerja dan berdakwah tanpa memikirkan resiko. Karena Allah yang akan menangani dan mengurusi mereka.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 67, Allah Bisa Mengubah Wujud Manusia
Yang Muncul pada Malam Hari
“Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus” (QS. 86: 1-3)
Allah kembali bersumpah dengan langit yang bertingkat-tingkat yang diciptakan-Nya tinggi menjulang tanpa ada tiang penyangganya. Luas dan dihuni oleh malaikat- malaikat-Nya yang mulia dan dimuliakan.
Menariknya, Allah menggandengkan sumpah dengan langit dengan sesuatu yang datang di malam hari yang oleh sebagian besar pakar tafsir dianggap sebagai bintang terang yang muncul di malam hari.
Ini diperkuat dengan ayat ketiga yang menjelaskannya; yaitu bintang yang cahayanya menembus kegelapan malam.
Jika saja benda mati seperti bintang itu mampu menembus kegelapan malam sehingga sampai cahayanya di bumi, tentu malaikat-malaikat Allah mampu menembus apapun dengan titah-Nya. Karena …
“Tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya” (QS. 86: 4).
Siapakah penjaga tersebut? Yaitu para penjaga yang selalu mempunyai akses langsung terhadap setiap jiwa manusia.
Sebagian ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa ini demi menjaga manusia dari godaan setan.
Secara umum, yang dimaksud di sini adalah pencatat amal manusia karena ia selalu menyertainya dengan berbagai tindakan dan amal yang dikerjakannya.
Tindakan yang dikerjakan manusia tersebut dijaga dan tak akan dilewatkan sedetik pun. Semua direkam dengan teliti dan detil.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 63 dan 64, Ditunjukkan Neraka Jahannam kepada Orang Kufur
Rahasia Penciptaan Manusia
Untuk kepentingan apakah hal di atas perlu diingatkan kepada para manusia? Hal ini bisa diketahui dengan perintah Allah pada ayat selanjutnya.
Yaitu perintah kepada setiap manusia yang disebut secara langsung di sini untuk memperhatikan penciptaannya. Dari apa ia diciptakan? Bagimana ia berubah menjadi seperti sekarang? Hingga kemudian ia akan mati dan dikembalikan kepada asalnya.
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan. Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan” (QS. 86: 5-7)
Manusia diciptakan dari air yang memancar. Yang secara kasat mata seolah tiada kehidupan di sana. Dari air yang kelihatannya tak ada kehidupan itulah manusia diciptakan.
Kemudian dimatikan dan kelak dihidupkan lagi. Siapakah yang membuat air tersebut memancar. Siapakah yang menurunkan syariat supaya kedua air itu bertemu. Dengan sah dan halal.
Pertemuan kedua air itu bukanlah sekadar untuk melepas syahwat antara laki-laki dan perempuan. Pertemuan kedua air itu juga bukan sesuatu yang sepele.
Bukan sesuatu yang kebetulan. Tapi itu adalah ibadah yang mengemban misi penampakan ayat-ayat dan tanda kekuasaan Allah.
Dan Maha Besar Allah yang memberikan tugas berat tersebut dengan diberikan sebuah kenikmatan dalam menjalaninya.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 16, Para Pemuda Berlindung dari Kaum Musyrik
Maha Besar Allah yang Maha Menciptakan
Siapakah yang mempertemukan kedua air tersebut. Dan dari air itu kemudian diubah menjadi sebuah kehidupan dengan ritme yang teratur dan tahapan yang sangat luar biasa.
Siapakah yang sanggup melakukan hal itu? Air yang dipancarkan dan dicampurkan di atas diproduksi dari tulang punggung (belakang) laki-laki dan dari tulang dada perempuan.
Air yang sangat cair dan sangat lunak tersebut diproduksi di dalam benda yang sangat keras. Yaitu tulang. Satu diciptakan dari arah belakang dan satu lagi di ciptakan dari arah depan.
Inilah sebenarnya kodrat manusia. Laki-laki dan perempuan bahwa manusia secara fitrah adalah berpasangan dan saling melengkapi.
Laki-laki dan perempuan. Ada depan dan belakang karena memang seharusnya demikian. Misi kekhilafahan manusia hanya bisa dikerjakan bersama oleh laki-laki dan perempuan, sebagaimana ada bulan dan matahari, ada malam dan siang.
“Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari dinampakkan segala rahasia. Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong” (QS. 86: 8-10)
Dzat yang mencipta manusia dari bahan dan proses seperti yang dijelaskan di atas, sudah tentu sanggup dan kuasa untuk mematikan sekaligus menghidupkan manusia setelah kematiannya.
Dan sebagaimana penciptaan manusia, kebangkitannya juga tidaklah merupakan hal yang kebetulan saja.
Pada hari kebangkitan manusia akan diadili dan kemudian ditentukan balasan amalannya ketika berada di dunia.
Hari itu tak satu pun makhluk-Nya yang sanggup merahasiakan sekecil apapun dari-Nya. Hari itu semua rahasia terbongkar. Baik yang bersifat bagus ataupun rahasia-rahasia dan konspirasi kejahatan dan keburukan.[ind]
(Bersambung bag-2 Tanda Kekuasaan Allah)