DISUNAHKAN memberikan tahnik kepada bayi dengan menggunakan kurma. Menurut Imam Ibnu Hajar Rahimahullah, caranya dengan mengunyah kurma hingga lembut dan halus, lalu dimasukkan ke dalam mulut bayi tersebut dan digosokkan ke bagian langit-langitnya.
Ini merupakan upaya memberikan kekuatan kepada bayi dengan memberikan glukosa karena kadar gula darah pada bayi bias any rendah, dan sekaligus conditioning (persiapan) agar bayi nantinya mudah untuk merasakan manisnya air susu ibu.
Baca Juga: Tahnik Bayi Dengan Kurma
Cara Tahnik Lengkap sesuai Sunnah Rasulullah
Dalilnya, dari Abu Musa al-Asy’arni Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
Dilahirkan bagiku bayi laki-laki, kemudian aku bawa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menamakan bayi itu Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma serta mendoakan keberkatan atasnya, lalu menyerahkan kembali kepadaku. Dan dia (Ibrahim) merupakan anak Abu Musa yang paling besar (sulung).
Ketika Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu memiliki bayi –dari pernikahannya dengan Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anha- beliau membawa bayi itu kepada Rasulullah dan juga membawa kurma, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggendong anak itu dan bertanya: “Apakah kamu bawa sesuatu?” Abu Thalhah menjawab: “Ya, kurma.” Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengambilnya, mengunyahnya, lalu mengeluarkan dari mulutnya dan ditahnik ke bayi tersebut dan menamakannya dengan Abdullah.
Baca Juga: Memohon Keberkahan untuk Bayi yang Baru Lahir
Hikmah Tahnik
Dari hadits ini, ada tiga pelajaran lain selain tahnik, yaitu sebagai berikut.
Hendaknya yang mentahnik adalah orang shalih atau ahli ilmu
Boleh saja orang tuanya sendiri, apalagi ia juga seorang shalih atau ahli ilmu. Sebagian ulama justru mengatakan orangtua lebih utama.
Minta diberikan nama oleh orang shalih
Meminta diberikan atau dicarikan nama yang baik bagi si bayi oleh orang shalih atau ahli ilmu.
Mendoakan bayi
Mendoakan bayi ketika ditahnik dengan doa yang mengandung keberkahan bagi bayi. Namun, tidak ada rincian seperti apakah lafal doa tersebut karena dalam hadits tersebut tidak disebutkan teks doanya.
Jika mau, boleh diucapkan doa yang mengandung permohonan keberkahan seperti: Allahumma barik lahu, atau Allahumma barik’alaih, atau Allahumma barik fih. Secara bahasa doa-doa ini memiliki maksud yang sama yakni agar bayi tersebut diberkahi Allah azza wa Jalla.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menyebutkan bahwa sebagian ulama ada yang mengatakan tahnik itu tidak sunnah. Kasus di atas hanyalah kekhususan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada anaknya Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, dalam rangka rabarruk (mengambil berkah) dari ludah dan bersentuhan dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Alasannya adalah setelah wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam manusia tidaklah mendatangi Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali Radhiyallahu ‘Anhum untuk mentahnik anak-anak mereka, padahal mereka orang-orang terbaik setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka kenyataan ini menunjukkan bahwa itu kekhususan bagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saja.[ind]
Sumber: Fiqih Praktis Pendidikan Anak, Farid Nu’man Hasan, Inspirasi Cendikia: 2021.