Pengaruh hafalan Quran dan prestasi anak
ChanelMuslim.com – Nuha adalah anak perempuan yang sangat spesial. Sampai umur 6 tahun dia tidak bisa membedakan mana yang kanan dan kiri.
Akibatnya dia selalu memakai sepatu atau sandal selalu terbalik. Sudah diajari berulang-ulang tapi tetap saja dia memasang terbalik. Bahkan kalo memasangkan sepatu adiknya pun ikutan terbalik.
Soalnya pas jemput Dzaki, ibu gurunya lapor kenapa hari ini Dzaki pasang sepatunya terbalik.
Saat menulis angka dan huruf pun, nuha sering terbalik-balik. Angka tiga yg harusnya menghadap kiri dibuat menghadap kanan. Begitu juga dengan angka 5,6,7 dan 9. Nuha juga kebingungan menuliskan huruf b dan d.
Dia tahu angka dan huruf itu tapi ketika diminta menuliskannya dia selalu terbalik-balik. Dia bisa membaca dengan lancar sebelum umur 6 tahun.
Saat tes masuk di sekolah unggulan, Nilainya masuk peringkat tiga. Cuma ketika mulai bersekolah, kelemahannya itu menjadi kendala.
Dia sering mendapat nilai kecil bahkan dapat angka nol yang ditulis pake tinta merah.
Saya sudah menceritakan kespesialan Nuha kepada wali kelasnya. Cuma tidak direspon bahkan anaknya dibully habis-habisan.
Saat masuk semester dua beberapa minggu, saya dan suami memberhentikan Nuha dari sekolah. Sebuah tindakan yang paling ekstrim yang pernah kami ambil.
Pembullyan yang dilakukan oknum guru terhadap Nuha tidak bisa ditolerir lagi.
Saya sudh menghadap ke kepala sekolah tapi tidak ada tindak lanjut. Ya sudah, Nuha diberhentikan sekolahnya.
Saya dan suami tidak ingin bully yang dilakukan oknum itu membuat Nuha percaya bahwa dirinya bodoh. Anak saya tidak bodoh. Nuha pintar tapi spesial.
Selama tidak bersekolah itu, saya mencari-cari guru mengaji yang bisa mendidik anak menjadi hafiz.
Kalo mereka tidak bisa berprestasi dibidang akademis, mereka harus jadi orang yang berilmu agama yang mumpuni.
Menjadi penghafal Quran.
Melalui perantaraan seorang teman, saya bisa mengenal Amma Yeyen dan langsung mempercayakan beliau untuk mendidik anak-anak saya belajar dan menghafal Quran.
Saya cuma pengen anak-anak saya jadi hufadz. Dan Masya Allah bonus menghafal Quran itu luar biasaa banget.
Aflah yang didiagnosis psikolog mengalami gangguan konsentrasi ringan dengan menghafal Quran membuatnya bisa berkonsentrasi lebih lama dan fokus.
Prestasi akademiknya pun meningkat. Dia bercokol di peringkat 5. Prestasi non akademiknya pun ikutan terkerek. Melihat Aflah lebih anteng dan kalem, dia dipercaya menjadi ketua kelas.
Selalu diminta menjadi pembaca doa atau komandan upacara. kalo kelasnya kebagian jadi petugas upacara. Aflah sekarang lagi berjuang menghafal juz 28.
Gimana dengan Nuha? Anak gadis saya yang sekarang sedang menghafal surah Nun di juz 29, prestasinya melejit disekolah barunya. Dia sudah hafal juz 30.
Semester kemaren dia berhasil menduduki rangking dua. Hanya selisih sedikit sekali dengan temannya yang peringkat satu, Salsabila.
Pas pembagian hasil mid semester genap, Nuha dapat peringkat satu. Sama kayak hasil UTS semester ganjil kemarin.
Nuha bilang,
“Mbak itu kan kawanan dengan salsa. Jadi gantian rangking satunyo. Skrg mbak gek besok (maksudnya pas semesteran) salsa yang rangking satu.”
Di sekolah barunya gurunya lebih paham dengan kespesialan Nuha. Anak saya pun bisa memecahkan masalahnya sendiri.
Jadi kalo menulis huruf b dia pakai huruf kapital. Ga peduli huruf b itu ditengah sebuah kata.
Padahal saya tidak pernah mengajarinya.
Al Quran yang menyembuhkannya. Menghafal Quran membuat otaknya lebih fokus dan jernih. Sehingga memudahkan untuk menerima pelajaran yang lain.
Ayooo untuk para orangtua muslim, mumpung anak masih kecil, cemplungkan anak jadi penghafal Quran.
Kisah ini dikutip dari akun Facebook Emi Afrilia pada Senin, 21 Maret 2016 Pukul 21.44