ChanelMuslim.com- Perlunya memasukkan nilai dalam membentuk bahasa Ahsan. Melansir dari Parenting On Kid’s Passion bahwa membentuk bahasa ahsan pada diri anak adalah membentuk bahasa yang sopan dan lembut pada diri anak.
Hanya, selama ini bagaimana cara membentuknya dan tahap-tahapanya kadang masih belum tergambar pada orang tua.
Kenapa anak perlu berbahasa ahsan? Karena anak kita, kita setting untuk menjadi generasi pemimpin.
Seorang pemimpin harus mempunyai bahasa yang berpengaruh. Bahasa yang bisa mempengaruhi akal dan jiwa manusia.
Sehingga bisa mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Untuk bisa mempengaruhi akal dan jiwa anak, maka mau tidak mau anak harus belajar bahasa ahsan. Bahasa yang halus dan sopan.
Karena dengan bahasa halus dan sopan akan mampu menggerakan rasa seseorang dan berpengaruh kuat pada pemikiran seseorang.
Tanpa kesopanan dan kehalusan bahasa maka fikiran dan rasa manusia tidak akan tergerak. Tidak akan berpengaruh apapun.
Tidak mampu menyentuh relung-relung jiwa manusia. Dan menggerakan fikiran manusia.
Pertanyaannya bagaimana membentuk bahasa ahsan?
Baca Juga : 3 Visi Generasi dalam Mendidik Anak menurut Al-Qur’an
Memasukkan nilai bahasa yang ahsan
Yang dimaksud memasukkan nilai disini adalah bagaimana orang tua mengajarkan nilai dalam berbahasa.
Mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang benar dan mana yang salah.
Ini adalah kaidah dasar dalam membentuk bahasa ahsan. Tanpa menanamkan nilai baik buruk, benar dan salah maka anak akan kesulitan berbahasa ahsan.
Contohnya:
Ketika anak melihat temannya yang diminta bu guru mengambilkan buku tapi yang diambil Pensil. Anak betkata, “Kamu kok bodoh sih.”
Akan kita jelaskan bahwa mengatakan, “Kok kamu bodoh sih.” adalah perkataan yang tidak baik.
Coba katakan kepada teman kita. “Dani, bu guru minta tolong diambilkan buku bukan pensil.”
Nah, kata yang kedua ini merupakan bahasa yang baik. Atau ahsan. Karena ada nilai baik dalam bahasa tersebut.
Contoh lain.
“Gila! Membuat mainan begitu saja tidak bisa.”
Di atas adalah bahasa yang kasar. Ada nilai tidak baik yang terdapat dalam kalimat di atas dengan adanya kata-kata gila.
Kita bisa memberi contoh bagaimana bahasa yang mengandung nilai kebaikan.
Menjadi begini, “Kalau kamu kesulitan membuat mainan aku bisa membantumu lho!”
Lihat dalam kalimat kedua ada nilai berupa kata-kata yang baik didalamnya. Itulah bahasa ahsan.
Atau bahasa-bahasa anak-anak sekarang yang banyak mengandung kebun binatang. *su, jing, ngsat dan sebagainya. Adalah kata-kata yang yang tidak baik. Ada nilai keburukan dan kasar dalam kalimat di atas.
Sehingga kita sebut dengan bahasa yang tidak ahsan. Dan kita bisa mengukur bahasa itu ahsan atau tidak dengan menilai dalam kalimat itu ada kata-kata baik atau buruk, benar atau salah.
Itulah standar pertama untuk membentuk bahasa ahsan.
Memasukkan rasa bahasa dalam berbagai aktivitas
Memasukkan rasa bahasa adalah bagaimana membuat bahasa tadi menjadi halus. Penuh rasa. Indah. Detail. Dalam. Berpengaruh terhadap rasa.
Bagaimana caranya? Dengan memilih diksi atau kata-kata yang tepat dan indah. Sehingga akan menyentuh rasa, jiwa dan menghujam kuat di fikiran manusia.
Contohnya:
Ketika meminta tolong ke teman. “Tolongin ambil pensil didekatmu.
” Bahasanya tidak mengandung nilai yang buruk. Bahasanya baik. Tapi tidak indah. Tidak menggerakkan orang untuk menolong.
Berbeda dengan ini. “Ika, bolehkah aku minta tolong. Mengambilkan Pensil di dekatmu!
Bahasanya menyentuh rasa dengan menambahkan kata “bolehkah”. Bahasa menjadi halus, sopan dan berpengaruh kepada orang yang mendengar untuk menolong.
Inilah bahasa ahsan.
Contoh lain.
Ketika anak meminta dibelikan buku Ensiklopedi. Maka dia bilang, “Bunda, beliin buku Ensiklopedi.”
Kalimat di atas termasuk bahasa yang baik. Karena tidak mengandung nilai keburukan. Tapi tidak termasuk bahasa yang halus. Karena pemilihan diksinya tidak membuat orang tergerak melakukan permintaan tersebut. Bunda anak tersebut tidak tergerak untuk membelikannya.
Berbeda dengan kalimat berikut. “Bunda ada pameran buku di gedung dekat sekolah Rifka. Bisakah aku beli buku kesukaanku bunda? Tentang Ensiklopedi Ilmu Pengetahuan?
Bahasa di atas termasuk bahasa yang ahsan. Karena didalamnya ada nilai kebaikan dan pemilihan katanya termasuk bahasa yang halus.
Bunda Rifka tergerak untuk membelikan buku Ensiklopedia dengan pemilihan kata atau diksi itu.
Baca Juga : Tips Mendidik Anak Menjadi Generasi Terbaik di Masanya
Melatihnya dalam berbagai aspek kebahasaan
Aspek kebahasaan ada beberapa hal:
Mendengar
Berbicara
Membaca
Menulis
Untuk memiliki bahasa ahsan, maka anak harus dilatih dan diperkuat dalam 4 aspek kebahasan di atas.
Setelah anak trampil mendengar dan berbicara ahsan dalam berbagai aktivitas.
Maka orang tua bisa melatihnya membaca. Dan mengenalkan berbagai bacaan untuk melatih bahasa ahsan. Membaca berbagai teks sederhana yang menguatkan bahasa ahsan.
Apakah teks puisi, artikel pendek dengan berbagai tema. Dengan memilih bahasa yang baik, halus dan indah. Bisa cerita tentang berlibur ke pantai, ke rumah nenek, dsb.
Yang intinya membuat anak semakin kaya dalam pilihan katanya. Sehingga mudah membuat bahasa ahsan.
Karena terbiasa mendengar dan membaca teks-teks bahasa yang baik, lembut dan indah di dalam pilihan katanya.
Yang selanjutnya adalah ketrampilan menulis. Ketrampilan menulis pada anak usia dini juga diarahkan sama seperti ketika anak menguasai ketrampilan membaca. Yaitu menulis kalimat berbahasa ahsan.
Keterampilan ini bisa diasah seperti ketika mengasah keterampilan membaca. Anak diasah menulis puisi pendek. Teks-teks bacaan yang mengandung bacaan yang baik, halus dan indah.
Menulis bahasa yang baik, halus dan indah akan memperkuat kemampuan bahasa ahsan anak.
Sehingga anak akan semakin terasah kemampuannya dalam menggunakan bahasa ahsan dalam berbagai aktivitasnya.
Dan hal tersebut akan membentuk kebiasaan yang kuat pada anak. Yaitu berbahasa ahsan dalam kehidupan sehari-hari.[Ind/Wld].