ChanelMuslim.com- Tetap produktif selama puasa memang keinginan semua orang, namun saat beraktivitas selama puasa memiliki tantangan tersendiri dibandingkan hari-hari biasanya. Hal ini yang menjadi alasan untuk bermalas-malasan dan tidak produktif.
Oleh Ustaz Ahmad Sarwat, Lc
Asalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Begitu sering kita dapati sebagian umat Islam yang banyak tidur di siang hari bulan Ramadhan, bahkan sampai meninggalkan kewajiban kerja dan merusak disiplin yang telah ditetapkan perusahaan.
Mohon dijelaskan pak Ustadz, apakah memang demikian ketentuannya dari segi syariah, yaitu bahwa di bulan Ramadhan memang waktunya untuk banyak tidur dan mengurangi kerja serta produkfitas. Adakah hal itu memang dibenarkan syariah?
Hal ini penting karena yang saya dapati dari kebanyakan teman-teman memang suka tidur di siang hari bulan Ramadhan dengan alasan malamnya tarawih, tahajud, bangun sahur dan seterusnya.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
Perlu penyikapan yang perlu dikoreksi dari kebanyakan umat Islam adalah masalah banyak tidur di kala puasa.
Seolah-olah datangnya bulan Ramadan menjadi legitimasi untuk memperbanyak jam tidur siang. Walau pun hal itu terjadi pada jam-jam kerja sehingga menjadikan jam kerja di bulan Ramadan menjadi kurang produktif.
Hal seperti itu bisa kita lihat dari pemandangan yang kita lihat di masa sekarang ini, di siang hari bulan Ramadan, di mana masjid-masijd dipenuhi oleh tubuh-tubuh bergelimpangan untuk tidur di jam-jam produktif.
Sayangnya melakukan hal itu dengan alasan karena malamnya melakukan shalat malam atau karena bangun sahur.
Namun benarkah syariat Islam mendisain seperti itu? Mari simak penjelasannya.
Baca Juga: Tips Khatam Al-Qur’an Selama Ramadan
Jadwal Shalat Malam
Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam dan para shahabat terbiasa bangun di tengah malam dan melakukan qiyamullail, bukan hanya di bulan Ramadan saja tetapi juga di luar bulan Ramadan.
Namun kita juga tahu bahwa pada siang hari, Rasulullah dan para shahabat tetap bekerja di siang hari dan tetap produktif dalam kerjanya.
Hal itu dibuktikan dengan begitu banyaknya prestasi dan kemenangan yang mereka raih selama bulan Ramadan.
Lalu apa rahasianya?
Ada banyak hal yang menyebabkannya. Tetapi ada salah satu bahan pemikiran yang barangkali berguna untuk kita renungkan.
Begini, kalau kita teliti nash-nash tentang jadwal siklus kehidupan yang dijalankan oleh Rasulullah dan para shahabat, ternyata memang ada sedikit perbedaan cara puasa dan ibadah antara kita.
Ternyata Rasulullah tidak tidur sebelum shalat ‘Isya namun tidak suka berbicara (begadang) setelah shalat ‘Isya’. Dan itu banyak dijelaskan dalam banyak riwayat. Lalu apa yang bisa kita tarik kesimpulan dari hal ini?
Seandainya kita di masa sekarang ini menerapkan konsep jadwal siklus kehidupan seperti dalam riwayat di atas, mungkin hasilnya akan berbeda.
Cobalah setelah shalat Isya’ jam 19.00 atau jam 20.00 malam, kita langsung tidur, tidak nonton TV atau mengerjakan hal-hal lain.
Maka kalau kita hitung-hitung, ternyata kita akan tidur lebih awal dari biasanya. Dengan tidur di waktu sesiang itu, kalau seandainya di tengah malam kira-kira jam 02.00 atau jam 03.00 malam kita bangun untuk tahajjud, secara matematis jam tidur kita sudah sangat cukup.
Sudah sekitar 7 jam lamanya. Dan tidak ada lagi alasan untuk mengantuk, baik setelah shubuh atau pun di siang hari.
Sayangnya, justru yang sering kita lakukan justru sebaliknya. Kita terbiasa tidur larut malam. Setelah shalat ‘Isya’ kita sering masih keluyuran ke sana kemari, atau bahkan malah belum tiba di rumah.
Lalu anggaplah kita tidur jam23.00 atau jam 24.00 malam, lalu kita ingin bangun shalat tahajjud atau bangun sahur, secara matematis ternyata kita baru tidur selama 2 atau 3 jam saja.
Secara perhitungan manusiawi normal umumnya, sangat logis kalau tubuh kita minta tambahan jam tidur di siang hari, entah ba’da shubuh atau pun ba’da shalat Dzhuhur.
Padahal kalau kita bisa atur jadwal seperti di atas, insya Allah tidak akan ada masalah dengan jadwal tidur dan istirahat.
Jadwal Sahur yang Tepat
Sebagian ada yang menjadikan bangun malam untuk makan sahur sebagai penyebab untuk dimakluminya tidur di siang hari. Padahal kalau mau ikut sunnah Rasulullah, seharusnya bangun sahur tidak perlu dijadikan alasan untuk mengantuk di siang hari.
Sebab yang disunnahkan ketika makan sahur itu adalah yang semakin dekat dengan waktu shubuh. Katakanlah 15 menit sebelum masuk waktu shubuh sampai setengah jam.
Dengan demikian, kalau ada jam tidur malam kita yang terambil untuk sahur, paling banyak hanya 30 menit saja. Dan seandainya kita tidur agak awal setengah jam, maka hitung-hitungannya akan sama saja.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidur di siang hari. Karena jam tidur malam kita praktis tidak ada yang berkurang. Kecuali hanya beberapa menit saja.
Sebaliknya, kalau kita sudah bangun sejak jam 2 malam untuk sahur dan kemudian setelah itu tidak tidur lagi sampai shubuh, pastilah siangnya kita akan mengantuk. Sebab secara perhitungan manusiawi, tubuh kita masih kekurangan jam tidur.
Masalah Cara Pandang
Tetapi yang paling serius menyebabkan kebanyakan umat Islam tidur di siang hari bulan Ramadan dan menjadi tidak produktif adalah masalah cara pandang yang keliru.
Selama ini, seolah semua pihak menjadi maklum kalau siang hari bulan Ramadhan itu tidak produktif. Mereka maklum karena malam hari digunakan untuk ibadah dan juga makan sahur.
Padahal cara pandang seperti ini tidak sepenuhnya benar. Buktinya, segudang prestasi umat di masa lalu terjadi di bulan Ramadhan. Kalau mereka kerjanya hanya ‘molor’ dan bermalas-malasan di siang hari, mustahil prestasi dan kemenangan demi kemenangan bisa diraih.
Tetapi sekali lagi, masalahnya memang ada pada cara pandang yang keliru. Selama cara pandang keliru itu masih bersemayam di otak kita, maka selama itu pula kita aka kehilangan jam-jam produktif di siang hari selama bulan Ramadhan.
Sejarah Prestasi Umat Islam di dalam Bulan Ramadan
Bahkan ada begitu banyak catatan sejarah tentang prestasi umat Islam yang terjadi di bulan Ramadan. Di antaranya:
Perang Badar Kubra terjadi pada 17 di bulan Ramadhan tahun 2 hijriyah
Fathu Makkah terjadi tanggal 21 bulan Ramadhan tahun ke-8 hijriyah
Tersebar agama Islam pertama kali di negeri Yaman terjadi di bulan Ramadhan tahun ke-10 hijriyah
Perang Zallaqah terjadi pada bulan Ramadhan, tanggal 25 tahun 479 hijriyah
Perang ‘Ain Jalut terjadi pada tanggal 15 Ramadhan tahun 658 hijriyah
Islam masuk ke Spanyol pertama kali pada 28 Ramadhan tahun 92 hijriyah, di tangan Thariq bin Ziyad
Sahabat Muslim, bulan Ramadan bukan menjadi alasan kita untuk bermalas-malasan. Tapi ini adalah sebuah kesempatan kita mengumpulkan ladang pahala untuk di akhirat kelak.[Ind/Wld].