oleh: Ustazah Nurhamidah, M.A.
ChanelMuslim.com – Bagaimana cara saya meyakinkan istri bahwa tidak usah disuruh juga akan saya lakukan semua. Karena toh, saya juga tidak pernah minta istri harus begini harus begitu. Semua mengalir saja., sepanjang tidak keluar dari bingkai syariat. Istri saya lulusan Sekolah Tinggi Agama, jago hadist, sementara saya cuma lulusan SMA dan tidak pernah belajar ilmu agama.
Jawaban:
Istri dominan terhadap suami
Suami adalah pimpinan dalam keluarga walaupun istri lebih dari aspek ilmu, harta dan kedudukannya. Maka sampaikan dengan bijak kepada istri. Bahwa,
A. Tugas bersama
1. Setiap orang beriman baik suami atau istri punya kewajiban untuk saling menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Qs 66: 6.
Dan semua ini harus dilakukan dengan cinta kasih bukan menghakimi dan menggurui.
2. Pertanggungjawaban istri nanti di akhirat terkait tugasnya sebagai istri yaitu taat kepada suami dan menjaga amanah suami. Qs 4: 34.
Selama bukan kemaksiatan, maka istri tetap taat pada suami.
B. Untuk meminimalisasi konflik dalam RT, masing-masing pasangan harus tahu beberapa prinsip yang diajarkan dalam Islam, yaitu:
pernikahan di antaranya sebagai berikut:
1. Dimulai, dibangun dan diikat selamanya dengan ketaqwaan. Qs 66 :6
Taqwa yaitu kepedulian menjaga diri dan keluarga agar tidak ada yang masuk neraka tapi masuk surga bersama-sama (tak tertinggal seorang pun di antara suami/istri dan anak-anak kita). Mengajak suami dan anak untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemaksiatan adalah karakter taqwa yang mengikat selama hayat di kandung badan. Itulah yang dilakukan Nabi Nuh dan Nabi Luth. Allah swt hanya melihat proses bukan hasil.
Egois dan cuek adalah musuh ketaqwaan.
Jadikan masalah di rumah tangga adalah ujian belajar bertaqwa tidak egois dengan lari dari masalah.
2. Tidak boleh ada rahasia dalam kehidupan suami istri. Masa lalu harus sudah dikubur tapi masa depan harus bergandengan tangan. Qs 30:21
Istri harus menjadi garda depan dalam asam manis kehidupan suami, begitupun sebaliknya.
Jangan jadi ” tukang sampah” bagi suami/ istri, yaitu hanya melihat sampah-sampah (keburukan dan kekurangan) pasangan. Tapi bagaimana dibersihkan sehingga kita akan dapat pahala sabar dengan kekurangannya
Jangan jadi “pemulung” bagi pasangan nya, yaitu masa lalu suami/istri selalu diungkit-ungkit sehingga jadi potensi keretakan. Biarkan masa lalu itu menjadi sebuah pelajaran, masa lalu tidak boleh merusak masa kini hingga masa depan.
Keterbukaan dan kesepakatan, itulah kuncinya.
Wallahu’alam.[ind]