PERUMPAMAAN umat Islam bagaikan satu tubuh sebagaimana digambarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadis yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir berbunyi:
Artinya: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).
Seperti anggota tubuh, umat islam ini diberi ilham oleh Allah Subhanahu wa taala untuk cenderung fokus menjalankan fungsi yang berbeda beda sehingga mereka punya medan jihad (perjuangan) yang berbeda pula.
Namun sayangnya, sebagian umat Islam ini ada yang membanggakan kelompoknya masing-masing dan lupa bahwa sebenarnya mereka adalah satu tubuh.
Logikanya kalo satu tubuh, mana mungkin tangan kanan itu memukul tangan kirinya, mana mungkin kaki kiri menendang kaki kanannya.
Kalaupun ada anggota tubuh itu merugikan tubuh yang lain, itu namanya kanker yang harus diamputasi dibuang dari tubuh.
Anggota tubuh itu selayaknya saling bekerja sama.
Baca Juga: Umat Islam Jangan seperti Suku Aus dan Khazraj
Umat Islam Bagaikan Satu Tubuh
Coba kalo mulut mau makan, kan tangan yang mengambil makanan. Kelompok-kelompok Islam yang ada, menjalankan fungsinya yang seharusnya dapat saling melengkapi bukan justru saling menonjolkan perbedaan.
Dalam hal lain, bila seorang atau sekelompok mukmin menderita kesulitan, maka mukmin yang lain juga seharusnya merasakan itu.
Itulah makna ukhuwah sesungguhnya. Islam mendorong umatnya untuk menerjemahkan ukhuwah dalam kehidupan sehari-hari.
Agar mereka dapat merasakan apa yang diderita saudaranya seagama, untuk selanjutnya memberikan bantuan apapun bentuknya agar meringankan beban dan penderitaan saudaranya itu.
Betapa banyak kaum Muslimin di penjuru bumi yang masih belum merasakan ketenangan dan ketentraman hidup.
Betapa negara-negara mayoritas Muslim sekarang sedang bergejolak.
Di Suriah, sejak mencetusnya revolusi sampai sekarang, sebagaimana dilansir syria-news.com sudah sekitar 6000 orang wafat dalam upaya memperjuangkan kebebasan dan kemuliaan rakyat.
Di Yaman, masih menanti-nanti keberhasilan revolusi rakyat di sana.
Tunis, Libya dan Mesir meskipun sudah melewati masa-masa ketegangan dengan berpeluanganya terbentuk pemerintahan baru, namun tantangan yang cukup besar bagi pemerintah selanjutnya.
Mampukah mereka membawa rakyat kepada kondisi yang lebih baik? Karena banyak sekali sederet kendala dan tantangan yang harus dipecahkan pada masa-masa peralihan ini.
“Apa setelah revolusi?” menjadi pertanyaan besar bagi pemerintahan selanjutnya.
Begitu pula di negeri minoritas Muslim. Tidak sedikit negara yang belum memberikan kebebasan menjalankan agama bagi Muslim yang hidup di sana.
Baca Juga: Umat Islam Berduka, Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi Tutup Usia
Di Prancis, Inggris dan sebagainya. Satu sampel misalnya di negara Taiwan, bagaimana Muslim di sana belum memiliki eksistensi yang cukup kuat agar mereka dapat menjalankan kewajiban agama secara baik.
Menurut beberapa pengaduan buruh migran Indonesia yang bekerja di sana, Pemerintah Taiwan belum memberikan kebebasan penuh bagi muslim untuk menjalankan ibadah agama secara baik.
Misalnya dalam menjalankan shalat lima waktu, para pekerja ketika tiba waktu shalat sementara masih pada jam kerja, mereka dilarang untuk mengerjakan shalat, dan seterusnya.
Belum lagi di negara-negara minoritas Muslim yang mereka memiliki pandangan negatif dan memusuhi Islam, menganggap Muslim yang komitmen sebagai teroris, Islam mengajarkan anarkisme dan terorisme, dan seterusnya.
Tentunya masih banyak penduduk negara kita tercinta Indonesia yang juga sangat membutuhkan pertolongan dan perhatian dari kita semua.[ind]
Sumber: http://ikadi.or.id/artikel/khutbah/718-umat-islam-satu-tubuh.html