IKHLAS itu syarat diterimanya amal. Semata-mata hanya karena Allah subhanahu wata’ala.
Firman Allah subhanahu wata’ala, “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menataati-Nya semata-mata hanya (menjalankan) agama….” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula rupa wajahmu, tetapi Allah melihat kepada hatimu.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” (HR. Abu Daud dan Nasai)
**
Perumpamaan ikhlas itu seperti gula pasir. Tidak seperti kopi, teh, juga sirop. Kenapa gula pasir?
Minuman dengan kopi akan mengubah warna dan rasa. Warnanya hitam dan rasanya khas kopi. Begitu pun teh yang mengubah warna air menjadi kecoklatan dengan rasa khas teh. Sirop tak jauh berbeda: mengubah warna air menurut rasa sirop yang warna-warni.
Namun gula pasir tidak begitu. Ia hanya mengubah rasa yang tawar menjadi rasa khas gula: manis. Wujudnya menghilang. Ia akan larut dan menyatu mengikuti warna air. Bisa berwarna kopi, teh, dan sirop.
Namanya pun tak lagi disebut-sebut. Tidak ada yang menyebut kopi gula, tapi kopi manis. Tak ada yang menamakan teh gula, tapi teh manis, dan seterusnya.
Andai semua amal kita seperti gula pasir. Tetap memberikan rasa meski tak disebut-sebut. Tetap menjadi penentu meski tak terlihat. [Mh]