ChanelMuslim.com – Bawakan Aku Cermin
Dulu, sebelum menikah dan memiliki anak, tentu punya konsep ideal harus seperti apa mengasuh anak. Inginnya seperti super nanny yang tegas, konsisten namun full of love. Stimulasinya harus yang oke punya, dimulai sejak hamil dan terus berlanjut ketika anak dilahirkan.
Menikah, kemudian lahirlah anak satu persatu susul menyusul, akhirnya belajar tentang satu hal “menjadi ibu adalah perjalanan panjang yang tak mudah”.
Proses menjadi ibu adalah pengalaman istimewa yang melibatkan hatimu seutuhnya untuk memberikan segala hal yang terbaik dari dirimu. Kesiapan menjadi seorang ibu erat kaitannya dengan ketangguhanmu dalam menghadapi badai masalah.
Pemahaman teori itu wajib diusahakan, tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana cara mengaplikasikannya. Proses ini yang rumit dan percayalah, seberapapun baiknya pemahaman kita tentang teori pengasuhan dan perkembangan anak tak selalu berhubungan dengan kesuksesan kita dalam menjalankan peran sebagai ibu.
Aku sudah menjalaninya selama 11 tahun, jatuh bangun mengasuh lima anak sampai detik ini.
Jadi, jika ada seorang ibu yang terlihat “galak” terhadap anak-anak nya yang masih kecil, aku pun berbisik dalam hati “Bu, sungguh aku mampu meraba rasa gejolak emosi di dadamu”
Maka, jika ada seorang ibu yang terisak sedih karena masalah anak, aku pun tertegun dan ingin sekali berkata, “Bu, aku pun merasakan hal yang sama terhadap anak-anakku dan aku tau ini tak mudah”
Manakala ada seorang ibu yang acap kali menyesal karena melupakan hal-hal penting terkait anaknya, aku pun serasa diberikan kaca cermin untuk berintrospeksi kembali dan diingatkan bahwa aku pun memiliki problem yang sama.
Setiap kali melihat seorang ibu yang sibuk dengan diri sendiri dan mengabaikan pemenuhan kebutuhan emosi anak-anaknya, aku pun tercenung dan bertanya-tanya apakah aku termasuk salah satu diantaranya?
Ketahuilah, kunci keberhasilan dalam membangun interaksi ibu-anak yang sehat tidak cukup dengan pemahaman teori, pengalaman atau kemudahan fasilitas semata.
Satu hal yang harus ada dan senantiasa tumbuh adalah keikhlasan dalam menjalankan peran ibu. Ikhlas akan menuntunmu ke arah yang semestinya. Ikhlas akan membuatmu menyadari pilihan mana yang wajib diprioritaskan. Ikhlas akan membuka caramu berpikir dan memasukkan pengetahuan baru. Ikhlas akan membuatmu mengerti kapan harus terus berjalan, kapan saatnya berhenti atau kapan kita mesti mundur sejenak.
Ilmu ikhlas ini yang tak akan bisa diperoleh lewat jalur pendidikan formal. Ilmu ikhlas ini baru dapat tumbuh dan berkembang jika kita mengalaminya langsung, ketika dihadapkan pada real case di depan mata.
Ilmu yang tak akan terinstal begitu saja semudah kita mendownload aplikasi dalam smartphone. Ilmu yang tak serta merta hadir hanya dengan bermain peran pretend like you are a mom. Ilmu ikhlas yang baru akan kita pahami dan kita resapi jika ada anak-anak yang benar-benar menggantungkan kehidupannya pada diri kita, 24 jam setiap hari.
Jadi, persiapkan dengan baik, kelak ayunan mood, emosi, konsistensi akan benar-benar teruji di saat kita harus meletakkan segala macam urusan diri sendiri demi sosok manusia kecil yang hadir dalam kehidupan.
Menjadi ibu bukan berarti kita diwajibkan tampil sempurna. Fitrah manusia adalah melakukan kesalahan, bagiku adalah hal wajar jika sesekali terjadi kekhilafan.
Upayakan saja lagi untuk kembali ke track yang benar ketika langkah terasa keluar menjauh dari track yang tepat.
Belajarlah untuk tidak langsung MENGHAKIMI namun berusahalah untuk MEMAHAMI, maka sekeras apa pun hatinya, niscaya akan melembut dan menghangat kembali.
Being a mom is a wonderful & challenging moment in my whole life.
-Tulisan pengingat diri-
Mom of 5
Ditulis oleh Miranty Novia di akun Facebooknya pada 16 Agustus 2017 dan dibagikan kembali kepada pada 16 Agustus 2018
Miranty Novia adalah seorang ibu dengan lima orang anak yang berlatar belakang pendidikan Psikologi Klinis Anak di Universitas Indonesia
Untuk berinteraksi dengannya bisa ikuti Miranty Novia di akun Facebooknya.