MASYARAKAT Indonesia tengah diramaikan dengan film animasi anak yang baru tayang lebaran Idul Fitri tahun ini, Film Jumbo.
Film yang digarap selama 5 tahun ini telah membuat banyak penonton menitikkan air mata. Siapa sangka, film yang dikira hanya ditujukan kepada anak, nyatanya juga menyentuh hati orang dewasa.
Film dengan tagline “Film Jumbo ini dibuat untuk kita, untuk anak-anak kita, dan untuk anak-anak dalam diri kita” telah mencapai 5.472.439 penonton hingga hari ini, dikutip dari @jumbofilm_id.
Menariknya ternyata film ini dapat menumbuhkan fitrah keimanan anak.
Ikma Hanifah Restisari, Penggiat Keluarga dan Pengasuhan menuliskan ulasan dan tipsnya agar film ini dapat semakin menumbuhkan fitrah keimanan anak.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Jumbo: Simbol Anak Berfitrah
Jumbo punya karakter sangat suka berkisah, sangat optimis, ceria, dan penuh semangat.
Fitrah anak akan selalu begitu, anak-anak baik selalu optimis, pantang menyerah walau kondisi fisiknya mungkin tidak diterima dengan baik oleh teman-temannya, tapi hal itu tidak menjadi masalah besar.
Anak yang tampak “berbeda” (dalam hal fisik, seperti gemuk) tidak berarti harus dikasihani atau dikritik.
Mereka tetap bisa jadi tokoh utama yang tangguh dan baik hati. Yang penting, orang tua memupuk keberanian, empati, dan semangat kolaborasi dalam diri anak, bukan cuma menekankan prestasi atau penampilan (dalam hal ini oma yang selalu mendukung Jumbo untuk selalu semangat).
Tengah Viral, Film Jumbo Ternyata dapat Menumbuhkan Fitrah Keimanan Anak
Persahabatan dan Kerja Sama: Pendidikan Sosial Fitrah
Anak-anak di film ini saling mendukung, menghibur, bahkan mempertaruhkan diri untuk membantu saling membantu (persahabatan antara Nurman, Jumbo, dan juga Mae).
Kita lihat ada gejolak batin dalam diri Jumbo pada saat puncak masalah. Dia lebih memilih menyelamatkan bukunya. Ini sangat wajar karena di usia Jumbo, egosentrisnya masih tinggi.
Walau pada akhirnya perlahan fitrah sosialitasnya juga mengikuti seiring berjalannya alur cerita.
Dan saat sudah melewati time skip di akhir kisah, Jumbo menempatkan dirinya bukan sebagai ‘peran utama’ lagi, ini menunjukan fitrahnya tumbuh dengan baik.
View this post on Instagram
Yang harus orang tua pahami adalah bahwa anak-anak butuh ruang bermain dan bersosialisasi.
Dalam bermain itu, mereka belajar memahami perasaan orang lain, maka jika terjadi konflik di antara mereka itu adalah hal yang wajar.
Mereka juga belajar mengambil keputusan dan menanggung akibatnya, bagian dari pendewasaan.
Baca juga: Pecah Penuh Haru, Gala Premiere Film Perjalanan Pembuktian Cinta
Atta Bukan Anak Nakal! Dia Anak yang Pemberani dan Empati Tinggi
Salah satu hal lainnya adalah karakter Atta. Ikma menjelaskan bahwa anaknya ikut menangis saat Atta menangis. Di sini ia sadar kalau ternyata anak usia 5 tahun setengah ikut ke dalam alur ceritanya.
Dialog yang Ikma coba lakukan kepada anaknya adalah “Kak, Atta keren ya, mau meminta maaf dan baikan. Atta juga sering membantu. Menurut kakak, Atta yang dicerita tadi bagaimana?”
Kemudian sang anak menjawab “Kasian umi, Atta sendirian engga ada teman di rumah. Tapi makanan kesukaannya sama kayak kakak.”
Setelah menonton, ada beberapa bagian yang belum anak pahami jelas, yaitu imajinatif dan konsep hantu.
Berikut tips yang Ikma Hanifah berikan agar anak-anak lebih paham dan sekaligus meningkatkan keimanannya:
1, Keimanan itu ada dan pasti
2. Tidak ada yang namanya hantu dalam kehidupan nyata
3. Tapi, Allah Maha Penyayang, mereka sedang menunggu menuju surga (anak di bawah 6 tahun masih dikenalkan dengan yang baik).
Dialog iman yang bisa ditanam:
“Meri di film itu mungkin masih sedih, ya. Tapi sebenarnya, dalam Islam kalau seseorang sudah meninggal, dia akan berpindah dan menunggu masuk surga. Kita bisa doakan dia, bukan takut padanya.”
“Kak, tahu engga tadi? Meri dan papa mamanya pergi ke surga bareng-bareng. Kakak mau sama umi dan abi engga? Jadi jangan takut ya, kalau kakaknya salih, nanti kita ke surga bareng-bareng.”
“Sayang, setiap makhluk hidup akan meninggal. Itu artinya, dia sudah selesai hidup di dunia dan kembali kepada Allah. Seperti bunga yang layu, atau kucing yang sudah tua. Tapi ngga usah takut, karena kalau kita berbuat baik, kita bisa ketemu lagi di surga nanti, InsyaAllah.”
Sahabat Muslim, semoga kita dapat selalu menanamkan kepada anak keturunan kita pentingnya kekuatan tauhid.[Sdz]