KAFIYEH sudah sangat populer bagi masyarakat Indonesia terutama yang mengikuti perjuangan bangsa Palestina untuk meraih kemerdekaan.
Kafiyeh adalah sepotong kain persegi yang disulam dengan garis-garis hitam yang berpotongan, yang secara tradisional dilipat dan dikenakan sebagai penutup kepala pria.
Dikutip dari situs hidayatullah.com bahwa beberapa hari lalu Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Dunia Islam (ICESCO) memasukkan kafiyeh Palestina ke dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda.
Kafiyeh merupakan simbol identitas nasional dan saksi perjuangan abadi rakyat Palestina untuk merdeka, kata Menteri Kebudayaan Otoritas Palestina (OP) Emad Hamdan pada Ahad (17/11/2024).
“Penggunaan keffiyeh secara luas mencerminkan solidaritas di antara semua segmen masyarakat kami selama beberapa dekade perjuangan untuk pembebasan,” kata Hamdan, lansir media Palestina.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kini seiring dengan perjuangan rakyat Palestina melawan penjajah Israel setelah 7 Oktober 2023, kafiyeh semakin populer di mata masyarakat internasional yang mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Hal ini dapat dilihat pada pemakaian kafiyeh pada aksi-aksi dukungan terhadap rakyat Palestina yang dilakukan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia.
Sementara itu dilansir dari middleeasteye, kehancuran akibat genosida Israel di Gaza tidak luput dari warisan budaya di jalur yang terkepung itu.
Museum, masjid, gereja, dan situs arkeologi telah hancur atau rusak parah.
Hingga September 2024, Unesco mengonfirmasi kerusakan pada 69 situs warisan budaya sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Kafiyeh Jadi Benda Warisan Budaya Palestina
Baca juga: Tatreez Palestina dalam Kimono Jepang, Simbol Budaya Solidaritas
Ini termasuk 10 situs keagamaan, 43 bangunan yang bernilai sejarah dan artistik, dua gudang penyimpanan benda budaya bergerak, enam monumen, satu museum, dan tujuh situs arkeologi.
Unesco mengatakan bahwa penilaian awal menggunakan citra satelit menunjukkan bahwa dari situs-situs tersebut, 29 persen (20 situs) tampak hancur, 20 persen (14 situs) rusak parah, dan 51 persen (35 situs) rusak sedang.
Badan PBB itu mengatakan bahwa mereka hanya mampu melakukan penilaian jarak jauh atas kerusakan akibat perang.
Itu bisa berarti tingkat kerusakan di darat mungkin lebih parah.[Sdz]
Sumber: Robbani Mediatama