TEBAKAN itu mengira-ngira sesuatu yang tidak kita tahu. Sayangnya, kita begitu yakin dengan tebakan yang salah.
Dua anak SD saling bermain tebak-tebakan. Mereka bergantian, siapa yang giliran bertanya dan siapa yang menjawab.
“Coba tebak, ada berapa ikan di laut?” tanya anak yang bercelana hitam.
Anak yang bercelana putih tampak bingung. Ia pun akhirnya menggelengkan kepala tanda tak tahu.
“Ya, gitu aja gak tahu. Mau tahu?” ucapnya. “Seratus juta ekor!” jawabnya kemudian.
Yang ditanya tampak bingung. Iya yakin kalau temannya hanya mengarang. “Masak sih?” tanyanya kemudian.
Memastikan kebenaran jawabannya itu, ia pun bilang, “Kalau gak percaya, ya hitung aja sendiri.”
Tak mau kalah dengan temannya, kini giliran anak bercelana putih menyampaikan pertanyaan.
“Coba jawab, ada berapa bintang-bintang di langit?” tanyanya.
Yang ditanya bingung. Memang banyak, tapi ia tidak bisa memastikan. Dan ia pun menggeleng seoerti yang dilakukan temannya saat dirinya bertanya.
“Ya kamu ini, gampang tahu jawabannya,” ucapnya. “Seratus juta!” ucapnya lagi.
“Masak sih?” sergah yang ditanya.
Merespon temannya itu, ia pun mengucapkan hal yang sama saat ia yang ditanya, “Kalau gak percaya, hitung aja sendiri!”
Keduanya pun terdiam. Salah satunya bilang, “Kok sama ya jumlah ikan di laut dengan banyaknya bintang di langit?”
“Lha iya lah. Kan kita sendiri yang nebak-nebak!” sahut yang satunya. Kini, keduanya pun tertawa.
**
Hanya Allah yang tahu pasti tentang apa yang ada di alam, termasuk tentang diri kita sendiri.
Karena itu jangan terbawa emosi dengan tebakan subjektif kita sendiri: bahwa kita tak mungkin sukses, bahwa kita sudah ditakdirkan hidup miskin, bahwa kita tak mungkin berubah.
Mintalah kepada Allah kalau tebakan baik tentang hari esok kita memang benar. Tentu saja harus diiringi ikhtiar. [Mh]