RIBUAN jemaah Majelis Taklim ibu-ibu se-Jabodetabek menghadiri Festival Tahun Baru Islam yang dilaksanakan Persaudaraan Muslimah (Salimah).
Festival digelar di Masjid Raya Pondok Indah pada Ahad (11/08/2024).
Ketua Umum Salimah, Etty Praktiknyowati, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Salimah, Mubaligah Salimah Indonesia (MSI), Adara Relief International, dan Hijabers Community.
Melalui kegiatan ini ia berharap, peserta akan mendapat ilmu dan saling menjalin silaturahmi.
“Kegiatan ini mengingatkan kita akan semangat hijrah. Melaui forum ini, kita saling mengingatkan bahwa hijrah selalu ada dan dilakukan oleh orang beriman di seluruh muka bumi. Hijrah dari haram ke yang halal, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari gelap menuju cahaya,” kata Etty.
Mengusung tema “Hijrah dan Semangat Baru, Menguatkan Persaudaraan dan Kepedulian,” Salimah mengundang Dr. Nur Hamidah, Nurjanah Hulwani, dan Dewi Sandra sebagai narasumber talkshow.
Dewi Sandra menceritakan perjalanan hijrahnya kepada jemaah.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Artis keturunan campuran Brasil, Inggris, dan Indonesia ini mengatakan bahwa dulu dirinya takut kepada orang muslim.
Hal tersebut dikarenakan ketakutan penilaian orang terhadap penampilan dirinya yang masih terbuka, jauh dari kata syar’i.
Hingga akhirnya ia bertemu seorang ibu ketika sedang belanja di mall.
Sang ibu menyapa dengan sangat lembut dan ramah, terlihat ketulusan pada senyumannya.
Dan pastinya tanpa cemooh sedikitpun kepada Dewi tentang pakaian terbuka yang ia kenakan saat itu.
“Saya ingat betul, saat itu saya gunakan baju yang bolong di bagian belakang. Kalau dipikir-pikir, entah dari mana saya bisa dapat baju itu, baju yang sebut saja kekurangan bahan,” ungkapnya.
Dewi Sandra Ceritakan Perjalanan Hijrahnya di Festival Tahun Baru Islam Salimah
Baca juga: Festival Tahun Baru Islam Salimah, Momen Muhasabah Perkuat Persaudaraan
Setelah pertemuan tersebut, mereka bertukar whatsapp dan melanjutkan obrolan di sana.
Sang ibu secara rutin mengirimkan info kajian kepada Dewi dengan tujuan mengajak untuk mengikuti majelis ilmu tersebut.
Namun Dewi tidak menyambut dengan baik karena masih ada rasa takut dalam dirinya akan penampilannya ketika berhadapan dengan banyak orang.
Walau berkali-kali ditolak, sang ibu tetap mengirimkan info kajian di hari lain kepada Dewi.
“Kejadian ini berlangsung kurang lebih selama 1 tahun. Akhirnya timbul rasa penasaran dalam diri saya, apa yang membuat ibu ini sangat semangat mengajak saya. Apa sebenarnya yang Ustaz katakan dalam kegiatan tersebut,” cerita Dewi.
Akhirnya Dewi memberanikan diri untuk datang perdana di kajian tersebut.
“Saat itu saya masih menggunakan celana jeans robek dan kerudung yang seperti selendang biasa. Tidak menutupi kepala dan rambut secara sempurna,” jelasnya.
Dewi duduk di barisan paling depan untuk menyimak isi dari kajian.
Di akhir kajian, hal yang ia takutkan selama ini akhirnya ia jumpai. Bertemu dan bercengkerama langsung dengan jemaah ibu-ibu.
Namun, antara ketakutan dan realita berbanding terbalik. Tidak ada sedikitpun penilaian orang-orang tentang gaya berpakainnya.
“Mereka sangat menerima saya. Bahkan saya diajak lagi untuk mengikuti kajian di pertemuan berikutnya.”
Dewi tersenyum. Opini tentang Islam yang selama ini ada justru menenangkan dirinya. Bahwa Islam adalah agama kedamaian.[Sdz]