MENGAMBIL pelajaran syukur dari kisah Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam dan Qarun.
Dijelaskan oleh Ustadz Iman Santoso, Lc. Allah Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
“Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml 40).
Itulah Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam, seorang rasul dan raja.
Mendapatkan puncak kenikmatan dunia dengan ditundukkannya mahluk Allah padanya, beliau bersyukur kepada Allah.
Pada sisi yang berlawanan saat Qarun mendapatkan karunia harta yang sangat banyak, dia berkata, “Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali dari hasil kehebatan ilmuku.” (QS. Al-Qashash 78).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dua kisah yang bertolak belakang menghasilkan akhir kesudahan yang berbeda.
Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam mendapatkan karunia di dunia dan akhirat, sedangkan Qarun, harta yang diberikan Allah padanya di dunia menyebabkannya diadzab Allah di dunia dan akhirat karena kekufurannya akan nikmat Allah.
Demikianlah bahwa fragmen hidup manusia tidak terlepas dari dua golongan tersebut.
Golongan pertama, manusia yang mendapatkan nikmat Allah dan mereka mensyukurinya dengan sepenuh hati.
Dan golongan kedua, manusia yang mendapatkan banyak nikmat lalu mereka kufur atas nikmat tersebut.
Golongan pertama yaitu para nabi, shidiqqin, syuhada dan shalihin (QS. 4: 69-70).
Mengambil Pelajaran Syukur dari Kisah Nabi Sulaiman dan Qarun
Golongan kedua mereka inilah para penentang kebenaran, seperti Namrud, Fir’aun, Qarun, Abu Lahab, Abu Jahal dan para pengikut mereka dari masa ke masa.
Orang yang bersyukur akan mendapat tambahan nikmat dan puncaknya, meraih puncak nikmat di surga.
Sebaliknya bagi orang yang kufur, maka akan mendapatkan adzab, puncaknya adzab di neraka.
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7).
Baca juga: Penjelasan Hadis ke-26 Mensyukuri Nikmat dengan Bersedekah
Sedangkan secara kolektif kemasyarakatan, syukur akan menghasilkan kesejahteraan, kedamaian dan kufur akan menyebabkan kesempitan, kegersangan dan kesusahan. Allah berfirman:
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan ( dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An Nahl 112).[Sdz]