SUAMI istri memiliki beban yang sama, dengan jenis yang berbeda. Tapi, beban itu semestinya dikerjakan secara fleksibel atau mengikuti keadaan.
Rumah tangga tegak karena kerja berat suami istri. Masing-masing pihak memiliki tugas yang sama tapi jenisnya yang berbeda.
Suami biasanya bertugas mencari nafkah. Dan istri memiliki tugas domestik tentang keadaan internal rumahnya.
Namun begitu, hal itu sebatas teori manajemen rumah tangga. Karena pada kenyataannya, beban bisa numpuk di satu sisi dan membutuhkan soliditas kerja suami istri, saling bantu, dan saling memahami keadaan.
Paradigmanya kira-kira seperti berikut ini:
Satu, latar belakang tidak bisa disamakan.
Di masyarakat kita yang variatif dari segi budaya dan tradisi, kecendrungan bakat orang tidak bisa diseragamkan. Misalnya, tidak semua wanita bisa memasak dan tidak semua laki-laki bisa berdagang.
Kadang, keadaannya menjadi terbalik. Suami pandai memasak, dan istri pandai berdagang dan bisnis. Karena itu, beban tidak bisa diterapkan secara kaku. Karena hal itu akan mengurangi bahkan menghambat produktivitas.
Yang terpenting adalah semua beban di bawah tanggung jawab siapa. Dan jawabannya adalah suami. Karena istri hanya membantu saja atau mengikuti pengaturan dan keputusan suami.
Meskipun pelaksanaannya juga tidak sekaku itu. Artinya, tanggung jawab memang ada di suami, tapi istri juga melengkapi kekurangan suami. Di situlah terjalin saling kerja sama dan sama-sama kerja.
Kedua, tidak selalu kenyataan berjalan normal.
Kenyataan kehidupan rumah tangga kadang tidak seperti yang ditulis dalam buku teori rumah tangga. Karena sesuatu hal, suami dan istri akhirnya mengambil beban yang tidak biasa.
Misalnya, suami mengalami PHK dan sulit memperoleh pekerjaan pengganti. Sementara, istri memiliki keterampilan dagang atau bisnis lainnya.
Karena fokus beban yang tidak biasa itu, maka suami harus mengambil beban di internal rumah agar istri bisa berbisnis dengan tenang. Meskipun lebih baik lagi jika bisnis dilakukan di dalam rumah.
Apa yang bisa dilakukan suami di dalam rumah? Suamilah yang akhirnya memasak, mencuci baju, mengurus dinamika anak-anak, dan lainnya.
Hal ini tidak menunjukkan turunnya derajat suami. Karena Rasulullah juga menjahit pakaiannya sendiri. Dan Rasulullah tidak melarang suami memasak.
Namun begitu, tanggung jawab dan beban kendali rumah tangga tetap ada di pundak suami. [Mh]