CAHAYA mestinya menjadi penuntun agar perjalanan selamat. Sayangnya, di kala suasana sangat gelap, cahaya kecil pun menjadi sangat terang.
Seekor kunang-kunang begitu asyiknya melenggang terbang di suasana gelapnya malam. Kerlap-kerlip cahaya kuning kehijauan menjadikannya pusat perhatian.
Seekor kumbang warna hitam menghampiri sang kunang-kunang. Karena tak bercahaya, kehadiran kumbang hitam mengejutkan kunang-kunang.
“Kamu siapa?” sergah kunang-kunang, spontan.
“Maaf, saya kumbang hitam. Saya tertarik dengan cahaya yang ada di tubuhmu. Bagaimana bisa?” tanya si kumbang hitam.
“Oh itu memang keistimewaanku. Di perutku terdapat zat kimia yang ketika udara masuk akan menghasilkan cahaya yang seperti menyala,” jawab kunang-kunang.
“Panaskah?” tanya si kumbang hitam lagi.
“Sama sekali tidak. Ini hanya reaksi kimia biasa. Bukan nyala api yang membakar,” jelas kunang-kunang.
“Tapi aku heran, kenapa aku tak menemukanmu di saat siang?” tanya si kumbang hitam begitu penasaran.
“Teman, nyala cahaya di tubuhku ini hanya semu. Hanya bisa terlihat di saat gelap. Bukan di terang nyata kala siang,” pungkas kunang-kunang yang menjadikan si kumbang hitam menjadi paham.
**
Yang menjadikan sesuatu bercahaya bukan tentang cahayanya, tapi keadaan gelapnya. Gelap yang pekat akan menjadikan cahaya semu pun terlihat terang.
Karena itu berhati-hatilah dengan cahaya semu di gelapnya suasana akhir zaman. Tanpa cahaya iman di hati, kita akan dikecohkan dengan cahaya manipulasi ‘kunang-kunang akhir zaman’. Terlihat menawarkan cahaya tuntunan, padahal menjerumuskan. [Mh]