KONFLIK rumah tangga tak jarang terjadi karena adanya perbedaan dalam menyikapi suatu permasalahan sehingga seringkali meruncing dan berakhir dengan perceraian.
Menurut Rosalita Chandra, S.H, M.H seorang Praktisi Hukum, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh suami istri dalam menyikapi perbedaan agar permasalahan tidak semakin pelik dan berujung perceraian, di antaranya:
1. Menyadari hak dan kewajiban masing-masing
Pada situasi konflik, sebenarnya perceraian bisa dihindari ketika suami istri dari awal menyadari hak dan kewajibannya.
Misal, suami harus menafkahi, membimbing dan merawat istri serta keluarganya.
“Suami itu kan punya peran sebagai nahkoda yang dalam kapal ketika dia salah arah, dia akan membawa satu kapal itu kepada kesalahan,” ucap Rosalita.
Baca Juga: Manajemen Ibu Rumah Tangga
5 Cara Menyikapi Perbedaan dalam Mengatasi Konflik Rumah Tangga
Seorang istri juga perlu selalu berpikir bahwa suami diberi kewajiban memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya.
“Ada juga yang mengikat istri, bahwa suami atau bapak itu memang wajib memenuhi nafkah anak dan istri tapi sesuai kemampuannya,” kata Rosalita.
Memenuhi kebutuhan istri dan anak itu bukan cuma semata-mata kewajiban tapi pertanggung jawaban kepada Allah.
Tapi seorang suami sepatutnya tetap berupaya maksimal sehingga istri dan anaknya tidak terlantar.
2. Menundukkan diri pada ketentuan hukum pada saat masing-masing hak bertemu
3. Memilih dengan keteguhan hati akan menundukkan diri pada ketentuan hukum (syariat Islam, hukum perdata, atau hukum adat)
4. Mempersiapkan ‘pagar atas perbedaan’ lebih dulu adalah yang terbaik
Rosalita mengingatkan pentingnya membuat perjanjian pernikahan yang berisi aturan secara detail suami atau istri yang akan bertanggung jawab terhadap nafkah keluarga serta hal apa saja yang perlu diperjanjikan.
“Hal-hal yang perlu dibahas sejak awal perlu disepakati. Kalau sudah menjadi kesepakatan, dia akan menjadi guidance yang ini berlakunya bahkan sampai para pihak itu meninggal dunia,” imbuhnya.
5. Menyelesaikan permasalahan hukum dalam kebaikan untuk mencapai ridho Allah subhanahu wa ta’ala
Saat terjadi sengketa dan perselisihan maka mengedepankan prinsip dalam menyelesaikan permasalahan hukum harus didasarkan untuk mencapai ridho Allah.
Sebagai contoh ketika ada pasangan yang berseteru mengenai hak asuh anak dan meributkan siapa yang akan mengasuh anak, maka mereka perlu menghindari terjadinya kezaliman yang menyebabkan sang anak tidak bisa bertemu dengan salah satu dari keduanya.
“Kalau kita selesaikan masalah hak asuh anak ini dengan konsep kebaikan untuk semata-mata mencapai ridho Allah harusnya tidak akan ada bapak dan tidak akan ada ibu yang berani untuk menghalang halangi anak bertemu dengan salah satu kedua orangtuanya,” tegas Rosalita.
Anak perlu mendapatkan ridho kedua orangtuanya selama hidupnya dan orangtuanya perlu mendapatkan ridho Allah.
Itulah beberapa cara menyikapi perbedaan dalam mengatasi konflik rumah tangga. Kunci utama dalam menerapkan cara-cara di atas adalah dengan memiliki pemahaman untuk saling mengerti.
[Ln]