ISTRI sang politikus. “Wah enak dong kamu sekarang ya Rar, ke mana-mana bisa duduk di kursi VIP Nonton Thomas Cup juga langsung dapat kursi, enggak perlu ngantri…” canda Sari setengah iri pada Ratna yang dijumpainya di sebuah reuni SMU.
Reuni pertama setelah 25 tahun tak berjumpa. Nasib setiap manusia memang beda-beda. Dahulu ketika remaja selalu bersama, tertawa, bercanda semuanya sama tanpa ada perbedaan.
Baru terasa ada beda ketika reuni digelar dan saling tukar menukar cerita mengenai nasib dan pengalaman masing masing.
Memang di mata kawan-kawannya, Ratna nampak paling beruntung. Pernikahannya yang pertama diselenggarakan dengan mewah, yang konon di kapal pesiar.
Ketika menikah, Ratna tidak mengundang kawan-kawannya, sebab sang suami hanya mau mengundang tamu yang dianggapnya the haves saja.
Untuk banyak hal, akhirnya Ratna dengan suami pertamanya mengakhiri hubungan karena perbedaan yang sangat tajam.
Ratna, sosok perempuan yang sederhana dan sedangkan sang suami, sosok lelaki yang kata orang suka “jaim apa selalu ‘jaga image’.
Setelah lima tahun berlalu, perbedaan semakin lama semakin tajam akhirnya berbuah perceraian yang tentu saja sangat menyakitkan bagi keduanya.
Tahun demi tahun berjalan, Ratna mendapat harta gono gini yang cukup memadai dari suami pertamanya. Ia menggunakan uang yang diberikan suaminya untuk membuka butik di daerah elit di Jakarta.
Dari menjual baju keluaran butiknya yang banyak dipakai artis-artis ibukota, akhirnya dapat mengantarkannya pada pertemuan dengan suaminya yang sekarang.
Ia seorang politikus, berstatus duda dan memiliki lima anak. Bagi Ratna, pernikahan yang kemudian dilaluinya dengan tenang jauh lebih membahagiakan dan menenangkan dirinya dibandingkan ketika perkawinan yang pertama dulu yang dinilainya penuh huru hara dan ketegangan.
Namun, lagi-lagi Ratna harus memendam kekecewaan. Walau di luar, sosok Ratna dan suami serta lima anak tirinya kelihatan begitu harmonis dan bahagia.
Ratna diam-diam merasakan kesepian yang sangat dalam. Rumah yang ditinggalinya sekarang dengan sang suami memang sangat mewah, bahkan jajaran satpam dan sopir pribadi khusus serta tiga orang pembantu dan satu tukang masak khusus siap menyediakan berbagai keperluannya.
Ratna yang anggun dengan gaun yang menarik, keluaran butiknya sendiri, begitu dikagumi oleh banyak orang, baik yang datang dari kolega suaminya maupun relasi-relasi baru suaminya.
Dan suaminya begitu bangga mengenalkan Ratna dengan kawan- kawannya.
Semula, Ratna begitu menikmati tugas barunya, menjadi istri seorang politikus. Pujaan dan sikap hormat dari banyak orang serta senyum ramah di mana-mana membuat Ratna begitu merasa terhormat.
Diam-diam sambil memandangi punggung suaminya, Ratna membatin mengucap syukur bahwa suaminya seorang politikus pandai dan kawakan serta disegani baik di dalam partai maupun di luar partai tersohor di negeri ini, memilih dia sebagai pendamping hidupnya.
Ratna juga merasakan kasih sayang yang dalam dari suaminya. Tatapan penuh cinta yang dirasakan Ratna di awal pernikahan membuat Ratna merasa tidak salah memilih suami keduanya ini.
Mas Satrio, sang politikus bermasa depan cerah, harapan partai tersohor di negeri ini.
Bicara dan pendapatnya begitu karismatik, nampak begitu dewasa, bijak dan mengayomi. Hal yang selama ini dirindukan Ratna karena tidak pernah diberikan oleh suami pertamanya yang kekanak-kanakan.
Sikap Mas Satrio melindungi dengan penuh kehangatan, satu hal yang tidak pernah dirasakan Ratna dalam hidupnya.
Ratna terlahir dari seorang ibu yang membesarkannya tanpa sokongan seorang ayah. Ayah Ratna meninggal karena gagal ginjal ketika Ratna berusia tujuh tahun.
Wajar bila Ratna begitu bahagia dengan suami yang beda umur sekitar 14 tahun ini. Ratna menemukan suami sekaligus ayah bagi dirinya.
Namun setelah delapan bulan berlalu, Ratna terlihat sangat lesu dan uring-uringan. Ketika perjumpaan yang kedua kalinya, buah dari Facebook yang berhasil mengumpulkan kawan-kawan lama yang terpencar antar kota dan antar kepentingan, membuat Ratna menjadi bahan gosip baru bagi kawan-kawannya yang sebetulnya setengah iri padanya.
baca juga: Rose and Beyond, Saat Bunga Mawar Tumbuh dari Timur ke Barat
Istri Sang Politikus
Melihat Ratna yang tertawa namun sesekali tatapan mata kosongnya memandangi gelas es kelapa muda, membuat Ratna tidak bisa mengelak ketika kawan-kawan akrabnya beramai-ramai menodong Ratna untuk menceritakan apa yang membuat dia nampak bersedih, padahal sepatutnya kegembiraan menjadi kawannya sejak dia menjadi istri sang politikus.
Dengan senyum kecut, Ratna hanya bergumam, “Keadaanku sekarang sebagai seorang istri politikus, memang enak di mata orang banyak.
“Duduk di istana dan dilayani berbagai pasukan yang bahkan seorang satpam ditugaskan khusus untuk siap mati untuk melindungi diriku. Mau apa saja ada. Bahkan uang bukan hal yang asing bagiku.
“Namun kondisiku sekarang dengan suami yang super sibuk dan selalu pergi pagi pulang tiga malam kemudian, betul-betul parah daripada istri yang dipoligami dengan tiga perempuan sekaligus.
“Kondisiku lebih parah dari pada istri yang berbagi suami. Dengan suami yang sibuk dan jarang pulang karena pekerjaannya sebagai seorang politikus telah merampas dirinya dari minggu lalu sampai minggu depan.
“Aku bukanlah perempuan yang berbagi suami. Tapi memang betul-betul tidak kebagian suami, karena waktunya habis untuk partai dan politik.”
Aku teringat akan ayat Al-Quran dalam surat Ar-Rahman yang artinya berbunyi, “Dan langit yang telah Allah tinggikan serta diletakkan padanya keseimbangan.”
Allah saja menciptakan langit ini seimbang. Suami Ratna nampaknya belum mampu menyeimbangkan antara kepentingan istri, kepentingan partai, kepentingan politik dan kepentingan dirinya sendiri.
Hatiku semakin cemburu ketika membaca ungkapan Nabi, “Sebaik-baik kamu adalah yang berbuat baik kepada keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling baik pada keluargaku. ”
Tak terasa air mataku berlinang membasahi pipiku.
(Dikutip dari buku Secangkir Teh Buatan Bidadari)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: