Kecerdasan Sosial
Aksi bully dan sejenisnya adalah dampak dari kurangnya kecerdasan sosial. Bahwa, manusia itu tidak bisa hidup sendiri, meskipun ia serba bisa. Siapa pun butuh bantuan orang lain.
Kecerdasan sosial mengajarkan bahwa kesuksesan hidup bukan ketika kita bisa mengambil dari orang lain. Sebaliknya, kesuksesan justru di kala seseorang bergiat mengorbankan apa yang dimiliki untuk orang di sekitar.
Contoh, ketika seorang anak tidak terpaksa mengorbankan sebagian dari uang jajannya untuk membantu temannya yang tidak jajan sama sekali, itulah sebenarnya ia sedang berinvestasi sosial. Teman yang ia bantu akan berutang budi untuk suatu saat membantunya dengan yang lebih baik.
Contoh lain, seorang anak yang lebih mengutamakan kesuksesan tim daripada dirinya di kerja kelompok, suatu saat akan mengakumulasinya menjadi seorang leader. Dan capaian leader itu merupakan hal tertinggi dalam doa seorang muslim.
“Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
Tidak mungkin seseorang akan menjadi pemimpin yang baik jika tidak dibekali dengan kecerdasan sosial yang mumpuni. Karena filosofi seorang pemimpin itu melayani, bukan dilayani.
Kecerdasan Spiritual
Mungkin saja, orang Barat sana hanya berhenti di kecerdasan sosial. Mereka berorientasi hanya pada capaian materi dalam hidup ini.
Sementara Islam mengajarkan bahwa capaian semua itu memang penting dan baik. Tapi, ada capaian lain yang jauh lebih penting, yaitu bahagia di akhirat.
“Dan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17)
Inilah penyempurna dari semua kecerdasan seorang anak. Kecerdasan spiritual ini menjadi pengait semua kecerdasan yang ada.
Bahwa keuntungan yang bisa diraih seseorang, bukan hanya berhenti pada materi saat ini. Tapi pahala yang akan menjadi pemberat amal di hari akhir esok.
Mungkin saja, secara materi ia rugi karena kehilangan banyak hal: uang, tenaga, kesempatan, dan lainnya. Tapi dengan kecerdasan spiritual, balasan dari kerugian itu jauh melampaui apa pun yang dicapai dalam dunia ini.
Ia akan tenang dalam tawakal meskipun solusi terlihat seperti buntu. Ia akan ridha dengan takdir Allah meskipun yang ia dapatkan seperti sebuah kegagalan dan kerugian.
Inilah yang tidak dipahami Barat ketika jutaan muslim laki dan perempuan rela berkorban uang dan tenaga untuk sekadar ibadah ke tanah suci Mekah dan Madinah.
Kecerdasan spiritual akan menjadikan anak menjadi sosok yang sangat dewasa sebelum waktunya. Ia akan dicintai karena kejujurannya, dicintai karena kemurahan hatinya, dicintai karena ketenangannya menghadapi masalah, dan keyakinannya bahwa setiap kesulitan ada kemudahan. [Mh/bersambung]