ANAK laki dan anak Perempuan memang berbeda. Tapi keduanya sama-sama sebagai amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya.
Secara status, anak laki dan anak perempuan memang berbeda. Tapi secara nilai, keduanya sama. Sama-sama sebagai amanah dari Allah. Dan sama-sama memiliki bobot doa dan amal jariyah yang sama untuk ayah ibunya jika telah meninggal dunia.
Memang anak laki memiliki kelebihan dalam status nasab ayah ibunya. Tapi tidak berarti bahwa nasab dari anak perempuan diabaikan begitu saja.
Semua zurriyat atau cucu dan cicit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berasal dari puteri beliau: Fatimah radhiyallahu ‘anha.
Dari anak-anak Fatimah radhiyallahu ‘anha inilah nasab keturunan Nabi terjaga hingga saat ini. Mereka tersebar di seluruh dunia. Dan sebagian besar mereka menjadi penerus kakek moyang mereka sebagai juru dakwah.
Mungkin saja, sebagian kita merasa kehilangan ‘jejak’ ketika tidak ada anak laki di keluarga. Atau, merasakan bahwa anak laki terasa lebih ‘berbobot’ dari anak perempuan.
Namun, hal itu ditepis oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi sangat memuliakan ayah ibu yang memiliki anak-anak perempuan dan berhasil mendidik mereka menjadi anak-anak shalihah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja yang mengasuh dua anak perempuan, niscaya aku dan dia akan masuk surga seperti dua ini.” Rasulullah menempelkan dua jarinya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Dengan kata lain, secara duniawiyah mungkin saja anak laki lebih ‘berbobot’. Tapi secara ukhrawi, anak perempuan yang shalihah sudah dijamin Nabi bahwa ayah dan ibunya akan masuk surga.
Karena itu, tidak ada perlunya membeda-bedakan anak laki dan perempuan dalam hak dan kewajiban mereka. Jika anak laki berhak bisa masuk sekolah tinggi, begitu pun untuk anak perempuan.
Begitu pun dalam hak emosional mereka. Anak laki dan anak perempuan punya hak yang sama untuk dicintai dan diperhatikan. Punya hak yang sama untuk diajak ngobrol tentang berbagai hal oleh ayah ibunya.
Jika anak laki berpotensi menjadi pemimpin umat, maka anak perempuan juga berpotensi menjadi ibu atau pendamping dari pemimpin umat. Dua hal itu tak ada bedanya, hanya ruang lingkung tanggung jawabnya yang berbeda.
Jangan lupa untuk selalu mencium anak-anak kita. Dan tak perlu dibedakan: anak laki atau anak perempuan. [Mh]