SEJARAH mencatat, Islam pernah membuktikan pendidikan itu nir biaya alias gratis dan bisa diakses siapa saja, melalui skema waqaf. Bukan sekadar cerita, namun jejaknya masih bisa dirasakan hingga hingga hari ini.
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) mengklaim pihak universitas bertindak sewenang-wenang dalam menetapkan biaya pendidikan.
Akibatnya, ada ratusan mahasiswa baru UI yang masih merasa keberatan dengan uang kuliah tunggal (UKT) yang telah ditetapkan oleh pihak universitas.
“Totalnya, sekarang teman-teman BEM masih mengadvokasi 170-an mahasiswa baru UI di jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang masih mengeluhkan penetapan biaya pendidikan. Awalnya kan ada 800 orang, dari 800 tadi telah kami bantu sebisa mungkin,” ujar Ketua BEM UI Melki Sedek Huang [Republika, 3/7].
Hari-hari ini orang tua di Indonesia tengah dipusingkan dengan uang kuliah tunggal (UKT) yang harus segera dibayarkan setelah anaknya dinyatakan diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Besarannya bervariasi, dari jutaan hingga ratusan juta rupiah. Tergantung fakultas dan universitasnya. Menariknya, tak sedikit biaya masuk PTN itu lebih mahal dari universitas swasta.
Sehingga ramai di sosial media, anak-anak yang memilih mundur dari PTN dan beralih ke PTS tersebab biaya.
Baca juga: Kekurangan Dokter Spesialis, Kemenkes Sediakan 2000 Beasiswa untuk Program Pendidikan
Islam Membuktikan Pendidikan itu Nir Biaya alias Gratis
Sebuah ironi yang terus berulang di negeri ini: mahalnya biaya pendidikan. Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti menulis artikel berjudul “Pendidikan Nir Biaya, Seharusnya”.
Padahal sejarah mencatat, Islam pernah membuktikan pendidikan itu nir biaya alias gratis dan bisa diakses siapa saja, melalui skema waqaf. Bukan sekadar cerita, namun jejaknya masih bisa dirasakan hingga hingga hari ini.
Di antaranya adalah Jami’ah Al Qarawiyyin atau Universitas Al Qarawiyyin yang berada di kota Fez, Maroko dan Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.
Universitas Al Qarawiyyin adalah institusi pendidikan pertama yang menawarkan gelar kesarjanaan. Sebagaimana tercatat dalam Guinness Book of World Records.
Selama berabad-abad semua muridnya dibebaskan dari biaya pendidikan. Sejak pertama kali didirikan oleh Fatimah al-Fihriya al-Qurashiyah pada 859 M.
Sekali pun penguasa silih berganti, mereka selalu menjamin kelangsungan pendidikan di tempat ini. Pada 918 M, pengelolaan Universitas Qarawiyyin diserahkan kepada pemerintah.
View this post on Instagram
Sejak itu, pemeliharaan dan perkembangannya di bawah pengawasan negara.
Tercatat, masa emas Universitas Qarawiyyin berlangsung selama abad ke-12 hingga abad ke-15 di masa pemerintahan Daulah al-Muwahidun dan Daulah al-Marina. Kedua penguasa ini dikenal sangat melindungi ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1947, Universitas Al-Qarawiyyin direorganisasi menjadi universitas modern.
Tersebutlah nama-nama besar yang pernah mereguk manisnya ilmu di tempat ini, seperti Al-Idrisi, Ibnu Khaldun, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, hingga Ibnu Rusyd.
Pendidikan nir biaya tak hanya dinikmati oleh umat Islam, namun juga non Muslim yang mengenyam pendidikan di situ. Seperti Gebert of Aurillac, yang kelak dikenal sebagai Paus Sylvester II, hingga filsuf yahudi Maimonides.
Universitas Al-Qarawiyyin dan Universitas Al Azhar masih eksis hari ini. Banyak anak Indonesia yang tengah mengenyam pendidikan di sana dan menikmati sekolah nir biaya.
Begitulah pendidikan seharusnya, Islam telah menyontohkannya.[ind]