MANUSIA hanya mampu memiliki, tapi ia tak mampu menguasai. Manusia, memiliki jantung, tapi ia tak kuasa menjadikannya berdetak atau memberhentikannya, bahkan jantung itu berdetak tanpa kuasanya.
Manusia memiliki waktu dan umur, namun ia tak kuasa memberhentikan walau sedetik atau mempercepatnya.
Manusia memiliki masa depan, namun ia tak menguasai nasib. Manusia memiliki cita-cita, namun ia tak menguasai kesuksesan atau kegagalan.
Manusia memiliki uang, tapi ia tak kuasa menahannya agar tak keluar, dan tak dapat mengatur pasang surutnya kekayaan.
Manusia memiliki keluarga, tapi ia tak kuasa menetapkan hidup keluarganya seperti yang diinginkannya.
Baca Juga: Si Manusia Sok Sibuk
Manusia Hanya Mampu Memiliki, Tapi Ia Tak Mampu Menguasai
Manusia …… apa yang akan kau pamerkan dari segala sesuatu yang kau tak kuasa atasnya.
Manusia …… jika kau menginginkan kebahagiaan, dan terbebas dari rasa takut dan sedih, maka pasrahkan segala yang kau miliki kepada Allah yang Maha Menguasai dan Pemilik sebenarnya.
Manusia, sejatinya hanya makhluk lemah yang kerap lupa akan hakikat dirinya. Ia ingin lebih berkuasa dan memiliki semuanya tapi berakhir dengan kesulitan karena tak pernah mampu menguasai segalanya.
Dalam surat At-Takwir ayat 1-14, Allah mengungkapkan tentang kapan manusia akan mengetahui apa yang dikerjakannya selama di dunia. Jadi, manusia tidak bisa menyangkal apabila pernah mengerjakan perbuatan dosa.
Dalam tafsir Tahlili, dijelaskan bahwa jika semua peristiwa-peristiwa yang disebutkan sebelum ayat ini telah terjadi, tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.
Sebagian besar dari manusia ketika hidup di dunia tertipu oleh godaan setan.
Mereka akan menjumpai amal perbuatan mereka pada hari Kiamat tidak diterima oleh Allah bahkan dijauhkan dari rahmat-Nya dan berada di bawah murka-Nya.
Orang-orang yang amal perbuatannya diselubungi dengan ria, tidak mendapat faedah dari amalnya itu kecuali sekadar kepayahan dan kesulitan.
Setiap orang wajib memandang kepada amal perbuatannya dengan kacamata agama dan menimbangnya dengan timbangan yang benar,
sebab Allah tidak menerima amal perbuatan melainkan yang muncul dari hati yang penuh dengan keimanan dan keikhlasan.
Kepada Allah-lah kita berserah dan berharap bimbingan-Nya agar selalu berada di jalan yang lurus dan diridhai-Nya.
Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
Robbana Taqobbal Minna
Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami), Aamiin.[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh