ADIKKU ini adik bungsu dari 7 saudara. Dia tinggal di Kanada dan bekerja di Amerika. Doktornya saja ada dua, dari kuliah S1 dan S2 di London lalu S3 di Amerika.
Semuanya dapat beasiswa. Kerjanya di NASA, juga di Boeing terkait urusan pesawat.
Orangnya low profile, pakai sandal jepit ke mana-mana. Di salju pun pakai sandal jepit. Enggak ada tuh syal atau sepatu kulit atau sarung tangan. Cuma pakai kemeja tangan panjang saja kayak mau ke Taman Mini.
Beliau mengantarkan kita ke mana-mana menggunakan mobil, menembus salju. Tapi diketawain sama anakku karena enggak pakai GPS dan enggak pernah pegang handphone. Pintar sekali tapi jadul.
Enggak pegang handphone, enggak sms-an, enggak GPS-an. Jadi peta di-print lalu kita yang memegangi di jalan. Kalau nyasar buka jendela, “Hello, where is Washington Lake?”
Orang yang jawab geleng-geleng atau kasih tahu dengan lincah. Persis zaman dahulu waktu belum ada GPS.
Kadang masuk ke pom bensin buat tanya jalan dengan senang hati orang yang ditanya jawab, “Turn right and go straight and turn left on red arrow and… bla bla bla….”
Lucu deh. Persis kita zaman dahulu. Padahal ini di Amerika loh, di kotanya Microsoft. Sebentar-sebentar menepi dan lihat peta.
Akhirnya kita semobil jadi ikut-ikutan lihat peta dan menunjuk-nunjuk, “Itu di depan belok kiri tapi kelewatan. Yah balik deh.”
Aku merasa ada kebersamaan. Karena semuanya ikut merasakan kesasar bersama dan berpikir ke kiri atau kanan. Weuy, enak juga lho jalan-jalan naik mobil enggak menggunakan GPS. Sekali lagi, ada kebersamaan.
Baca Juga: Jangan Lihat Mam Fifi Enak Jalan-jalan
Adikku Tinggal di Kanada dan Orangnya Low Profile
“Kelewatan, Om Doy.”
“Tadi mestinya belok.”
“Waduh lampu merah lagi.”
“Berapa menit lagi sampai?”
“Hati-hati, jangan sampai kelewatan lagi.”
“Ini kan pohon cemara yang tadi.”
“Tanya orang deh.”
“Helo.” Dan kami semua membuka jendela untuk ikut mendengarkan dengan perhatian.”
Menembus hutan salju tanpa GPS. Bermodalkan insting dan peta. Ternyata enak juga hidup tanpa gadget.
Ada kebersamaan.
Coba kalau ada GPS, yang ada si supir ngobrolnya sama GPS, penumpang tidur semua atau asik dengan gadget-nya.
Kalau ini kan enggak. Semua pada waspada dan lihat peta ramai-ramai. Bayangin dong peta GPS di-print sebelum berangkat.
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.
Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Az-Zukhruf: 32).
(Catatan Mam Fifi, Januari 2019)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: