JALAN hidup tak seperti jalan tol. Tak ada lampung merah, dan tak ditemukan persimpangan.
Persimpangan jalan adalah ketika satu jalan bertemu dengan jalan-jalan lain yang sama besar. Bisa bertemu dengan dua jalan, bisa juga tiga, atau lebih.
Kalau kita sudah memahami persimpangan jalan, tak perlu melihat rambu-rambu pun kita sudah paham jalan mana yang mesti dipilih. Tapi kalau belum, meski sudah melihat rambu pun kepastian jalan yang harus dipilih masih meragukan.
Kadang, di situlah kita akan menebak-nebak. Jika jalan yang dipilih ternyata salah, masih ada kesempatan balik lagi untuk memilih yang lain.
Lalu bagaimana dengan persimpangan jalan kehidupan? Tentu cara memilihnya tidak seperti pilihan jalan raya yang bisa ditebak-tebak.
Di jalan kehidupan, jika pilihan yang diambil salah, sulit untuk balik lagi. Karena semuanya boleh jadi sudah serba terlanjur.
Contohnya, ketika ada pilihan lebih dari satu calon jodoh. Mana yang mesti dipilih? Dan pilihan harus diambil cepat karena kesempatan yang sama biasanya tidak terulang dua kali.
Kedua, pilihan tidak boleh dilakukan dengan tebak-tebakan. Kalau salah pilih jalan, bisa balik lagi. Tapi kalau salah pilih jodoh, gimana cara balik laginya.
Masih banyak persimpangan lain di perjalanan hidup. Karena itu, jangan semata-mata mengandalkan pikiran dan feeling.
Islam memberikan penjelasan tentang jalan-jalan yang harus dipilih, sebelum kita menemukan persimpangan. Yaitu, jalan yang diridhai Allah, jalan menuju keselamatan untuk akhirat, meskipun aksesoris jalannya tidak menarik.
Tentang persimpangan, Islam juga sudah memberikan pilihan shalat istikharah atau shalat untuk mengambil pilihan.
Dalam shalat ini, Allah akan memberikan isyarat tentang pilihan yang diambil. Karena itu, agar bisa menangkap isyarat ini, ego dan nafsu harus dinetralkan dahulu.
Tanpa netralnya ego dan nafsu, setan akan selalu menunggangi dua hal ini untuk mengaburkan isyarat dari Allah.
Tapi bukan berarti di hati kita tidak ada pilihan sama sekali. Silahkan awali dengan memilih atau adanya kecenderungan di antara sekian pilihan. Tapi dorongannya bukan karena ego dan nafsu tadi. Tapi karena diyakini telah sesuai dengan rambu-rambu dari Allah subhanahu wata’ala.
Shalat istikharah seperti menguji satu pilihan yang kita nilai baik itu. Apakah masih muncul keraguan, atau tidak. Jika masih muncul keraguan ambil pilihan berikutnya.
Bukan hanya tentang jodoh yang bisa melalui shalat istikharah. Bisa juga pilihan-pilihan lain seperti tawaran pekerjaan, pilihan jurusan pendidikan, dan lainnya.
Jadi jangan ragu dan bimbang ketika hidup berada di persimpangan. Yakini apa yang terbaik dari sudut agama dan akhirat, setelah itu bersabar. [Mh]