TERKAIT kasus tewasnya AM (17), seorang santri di Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur lantaran diduga mengalami penganiayaan oleh santri seniornya, Ahmad Fuadi selaku alumni Gontor ikut menanggapinya.
Baca Juga : Mantap Berhijrah, 7 Potret Artis Makin Bahagia Bersama Pasangan
Ahmad Fuadi selaku salah satu alumni Gontor ini pun menanggapi secara objektif atas peristiwa yang melibatkan Pondok Modern Gontor tersebut.
“Tadi saya diwawancarai @metrotv tentang kedukaan mendalam kami.
Dua ibu saya sedang berlinang air mata. Ibu Soimah kehilangan anak kandung, “ibu” Gontor kehilangan anak didik. Kami, para alumni kehilangan adik angkatan. Selamanya. Duka yang akan terus tergurat di hati sepanjang hayat dikandung badan,” tulis A. Fuadi diakun Instagram pribadinya. Ahad (11/09/2022).
Terkait hal ini, Ahmad Fuadi mengakui sebagai alumni Gontor, iapun ikut merasakan kesedihan yang mendalam.
“Bagi kami di Gontor, setiap santri punya 3 ibu. “Ibu” kandung yang melahirkan, “ibu” Gontor yang mengasuh selama di pondok dan “ibu” setiap santri lain. Karena itu Ibu Soimah juga ibu kami. Melihat linangan air mata Ibu Soimah, ikut pedih di hati. Melihat kiai menangis, ikut sedih di dada,” sambungnya.
Fuadi menyesalkan terjadinya kekerasan antara santri senior dan junior yang membuat AM, santri Ponpes Gontor 1, Ponorogo, Jawa Timur, tewas.
“Saya tahu pasti para Kiai selama ini mengharamkan kekerasan di pondok, dan siapa saja yang melanggar akan diusir. Saya juga tahu kejujuran dihargai sangat tinggi di pondok. Tapi nyatanya kesalahan telah terjadi, nyawa sudah berpulang. Musibah ini menjelma menjadi kedukaan, berita, dan konten viral yang akan terus ada dalam memori dunia. Lalu sekarang apa?,” ujar penulis novel Ranah 3 Warna itu.
Terkait dengan kasus tersebut, penulis novel Negeri 5 Menara ini meminta menilai kasus itu dengan secara adil dan profesional sesuai aturan yang berlaku.
“Pertama Ibu Soimah wajib dibantu mendapat keadilan dan pelaku dihukum sesuai aturan yang berlaku. Kedua, Gontor menerima musibah ini sebagai pelajaran berat dan memprosesnya sedemikian rupa menjadi hikmah. Mendengar semua masukan, kritik, bahkan hujatan. Agar musibah ini menjadi yang terakhir kali. Berhenti di sini. Karena itu proses hukum harus dituntaskan sebaik-baiknya dan perbaikan sistim pengasuhan wajib dilakukan. Agar Gontor bebas dari kekerasan apa pun,” jelasnya.
Baca Juga : Garis Tipis antara Prank dan Bullying
Ahmad Fuadi pun meyakini bahwa Pondok Modern Gontor mampu menjadi proses perbaikan dari beragam lini.
“Saya yakin dan berdoa sepenuh hati, selama hampir 100 tahun, Gontor terus tumbuh karena dalam DNA-nya ada spirit tak lelah memperbaiki diri. Al muhafazah ala qadimi shalih wal akhzu bil jadidil ashlah. Yang baik dari masa lalu dipertahankan, tapi tidak anti hal-hal baru, jika itu lebih baik,” ungkapnya.
Fuadi juga menegaskan bahwa musibah ini adalah kesempatan memperbaiki apa yang kurang dan yang salah.
“Sehingga seperti kata Ibu Soimah, biarlah Albar menjadi jiwa terakhir yang pergi. Dari pelukan dua ibu ini,” pungkasnya.
[wmh]