PRASANGKA bisa menjadi harapan. Jika prasangkanya baik, harapan terkabulnya kebaikan lebih terbuka lebar.
Kadang jalan hidup ini tidak terlalu mulus sesuai yang diharapkan. Ada hambatan, musibah, gangguan, dan lainnya.
Masalahnya, sejauh mana prasangka kita terhadap Allah subhanahu wata’ala. Jika prasangkanya baik, itulah doa kita. Dan jika Allah disangkakan buruk, berarti itu pula harapan kita.
Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Aku bersama prasangka hambaKu, dan Aku akan selalu bersamanya.
“Selama dia mengingatKu, maka Aku akan mengingatnya. Apabila dia mengingatKu dengan begitu banyaknya, maka Aku akan mengingatnya lebih banyak darinya.
“Apabila dia mendekatiKu sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta….” (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Tirmudzi)
Hadis Qudsi ini menunjukkan bahwa prasangka kepada Allah merupakan doa tanpa terucap. Dan Allah memberikan respon yang jauh lebih hebat dari yang diprasangkakan hambaNya.
Tidak heran jika para teladan umat sebelum kita menunjukkan bagaimana wujud prasangka yang baik kepada Allah.
Lihatlah bagaimana istri Nabi Ibrahim, Sayyidah Hajar saat mencari sumber air untuk bayinya, Nabi Ismail alaihissalam.
Secara logika pasti sulit bisa dipahami akan ada solusi. Di tengah padang pasir yang tandus dan berbatu, bisa dijumpai sumber air yang instan.
Namun, Sayyidah Hajar menunjukkan prasangka baiknya dengan terus berlari dari bukit Shafa ke Marwa. Padahal, tujuh kali ia mondar-mandir di dua tempat itu.
Dan prasangka baiknya kepada Allah akhirnya terkabul. Di luar dugaannya, sumber air justru sedang mengalir di dekat bayi Nabi Ismail.
Masih banyak kisah teladan lain yang menunjukkan kemestian prasangka baik kepada Allah. Sesuatu yang menurut logika kita sebagai jalan buntu, dengan prasangka baik kepada Allah, jalan akan terbuka lebar.
Begitu pun di masa kita saat ini. Boleh jadi, masalah yang kita hadapi terlihat seperti jalan buntu tanpa solusi. Dan di situlah sebenarnya ujian yang sedang Allah berikan.
Ujiannya seperti mengatakan, “Sejauh mana prasangka baik kalian kepada Allah.”
Semua alam raya ini ciptaan Allah. Segala dinamikanya pun rekayasa Allah. Allah Maha Berkehendak apa saja menurut kehendakNya.
Begitu pun dengan berbagai masalah yang tengah kita hadapi. Semuanya juga dalam kekuasaan Allah. Dan tidak ada yang tidak mungkin dalam kehendak Allah.
Jadi, jangan putus asa ketika nalar menyerah. Jangan lupakan Allah, apalagi berprasangka buruk terhadapNya.
Hadapi masalah, dan terus paksakan kaki untuk melangkah. “Fa idzaa ‘azamta, tafawakkal ‘alallah.” Jika kalian sudah bertekad, bertawakallah kepada Allah. [Mh]