SYARIAT Islam yang telah sempurna tidak butuh modifikasi, penambahan maupun pengurangan. Kalau fatwa bisa berubah-ubah sesuai sikon karena menimbang waktu, tempat, orang dan kemaslahatan. Adapun hukum syariat telah baku dan berlaku secara universal sepanjang zaman tidak ada perubahan.
Siapa yang mengada-ada atau menambah-nambah dalam perkara syariat yang tidak ada petunjuknya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mengakui ada Nabi baru sepeninggal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia telah mendakwa Islam belum sempurna.
Allah ta’ala berfirman,
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan untukmu agamamu, dan Aku telah cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridhoi Islam sebagai agamamu.” (Al-Ma’idah: 3)
Baca Juga: Kemenag Bagikan 1.000 Al-Qur`an dan 3 Buku Gratis di Islamic Book Fair 2022
Islam Agama yang Sempurna, Apa Maknanya?
Termasuk pula paham baru kekinian di dalam berislam yang tidak ada petunjuknya dari syariat seperti “Islam Nusantara”, “Islam Arab”, “Islam Eropa”, “Islam Jamaah”, “Jamaah Islamiyah”, “ISIS”, “Filsafat Islam”, atau embel-embel yang lain, semua itu termasuk mengada-ada dalam beragama atau dalam terminologi Imam Asy-Syafii bid’ah madzmumah yang jelas-jelas membahayakan akidah.
Mau pakai label moderat atau atas nama jihad sekalipun jika hakikatnya mengada-ada di dalam beragama maka dia telah mendakwa Islam belum sempurna. Yang menjadi ibroh kenyataan bukan label, penamaan dan pengakuan.
Bahaya mengada-ada itu juga diperingatkan oleh Imam Darul Hijroh Malik bin Anas, Syaikhnya Imam Asy-Syafii, beliau mengatakan,
من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمداً خان الرسالة
“Siapa saja yang membuat kebid’ahan (mengada-ada) di dalam berislam yang dia pandang baik maka sungguh dia telah menuduh Nabi Muhammad ﷺ telah mengkhianati risalahnya!”
(Al-I’tishom 1/64)
Ada baiknya kita periksa dengan cermat keyakinan dan amalan kita selama ini apakah sesuai dengan sunnah (petunjuk) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau ataukah hanya ikut-ikutan kebanyakan orang?
Catatan Ustaz Fikri Abul Hasan
[Ln]