ChanelMuslim.com- Buntut dari tampilnya simbol 212 dan 5:51 di komik produksi Marvel masih terus bergulir. Walau Ardian sudah dipecat oleh Marvel, media asing tetap saja mencerca pemuda asal Tulungagung ini. Inikah pertanda kebencian media asing terhadap simbol-simbol Islam?
Sekitar tiga belas tahun, Ardian Syaf meniti karir di bidang ilustrasi komik. Nalar seni dan kepekaannya sebagai seniman menggerakkan jari jemarinya untuk berkreasi melalui lukisan-lukisan komik.
Awalnya, Aan, panggilan akrab sarjana desain komunikasi visual Universitas Negeri Malang tahun 2004 mengaktualisasikan bakat dan karyanya melalui perusahaan komik dalam negeri. Sayangnya, bakat besarnya itu tak dihargai.
Beberapa teman Ardian menyarankan agar suami Retnowati itu menjual karyanya di perusahaan komik luar negeri. Melalui situs digitalwebbing, Ardian memajang karya-karyanya untuk dilirik perusahaan komik mancanegara.
Usaha ini tidak langsung membuahkan hasil. Ada juga pihak yang tertarik untuk memuat karya Ardian, tapi tanpa gaji.
Hingga akhirnya, ada pemilik penerbit komik Independen asal Amerika bernama Alex Cross menawarkan kerja sama dengan Ardian. Sayangnya, honor yang didapatnya saat itu sangat kecil.
Waktu pun terus bergulir menguji kesabaran dan ketekunan pemuda yang berdomisili di desa Tenggur, kecamatan Rejotangan, Tulungagung ini. Hingga akhirnya, Aan bergabung dengan Dable Brother dan mendapat kontrak selama 5 tahun sebagai penciller. Di awal kontrak itu, Aan mendapat uang 1000 dolar AS, 100 dolar AS untuk tiap lembar gambar yang dihasilkan.
Karya-karya Ardian adalah serial komik The Dresden Files karya Jim Butcher yang begitu populer di Amerika. Komik ini mengisahkan petualangan penyihir muda yang tinggal di zaman moderen bernama Harry Dresden melawan makhluk asing.
“Alhamdulillah, karya-karyaku akhirnya diterima mereka. Bahkan, katanya saat ini sedang digemari di sana,” ucap Ardian Syaf seperti dilansir indonesiaproud.com.
Seorang penciller adalah melukiskan komik yang naskahnya dibuat oleh Jim Butcher secara detail. Bahkan, kertas khusus untuk melukis komik pun dikirim langsung dari Amerika kepada Ardian.
Pada tahun 2009, Marvel Comics menawarkan Ardian untuk bergabung. Saat itu, Ardian dipercaya melukis 10 halaman untuk setiap terbitan komik terbaru. Komik yang dilukisnya antara lain X-Men.
Selain Marvel, Ardian pun bergabung dengan DC Comics. Di sini, Ardian diberitakan keluasan dalam berkreasi. Pernah ia menciptakan kota fiktif bernama Little Jakarta di Kota Gotham. Bahkan, di kota itu, Ardian pernah menyisipkan papan reklame bergambar Jokowi-Ahok, lengkap dengan tulisan DKI1-nya.
“Saya tidak mengidolakan Jokowi, hanya representasi Jakarta saja,” ucapnya.
Kemudian, Ardian berada dalam naungan agency komik dunia bernama Nutopia. Di DC Comics inilah Ardian mendapat bayaran 200 dolar AS per halaman. Dialah di balik sosok tokoh komik Batman, The Blackest Night yang tayang selama tiga seri dengan bayaran 238 dolar AS per halaman untuk kontrak selama 2 tahun.
Meski begitu bersinar di kancah komik internasional, Ardian sebenarnya sangat berharap bisa membuat perusahaan komik sendiri di dalam negeri.
“Saya ingin mendirikan perusahaan komik di Indonesia sebelum berusia 40 tahun,” tekadnya.
Aksi 212 di Mata Ardian Syaf
Suatu hari di akhir November 2016, Ardian Syaf begitu tertarik dengan sejumlah aksi bela Islam yang marak di Jakarta. Para demonstran begitu banyak yang terhitung bukan lagi dalam ribuan, tapi jutaan. Tapi, tetap mampu menghadirkan kesejukan, kedamaian, dan kekhusyukan sebagai umat Islam.
Sungguh, suatu pemandangan yang luar biasa dan belum pernah ada di seluruh dunia mana pun, kecuali dalam kerumunan jamaah haji di Masjidil Haram, Arab Saudi.
Ardian pun tertarik. Pada Aksi 2 Desember 2016 atau Aksi 212, Ardian bertekad untuk bergabung dengan aksi yang sangat bersejarah di Indonesia ini. Ia seperti ingin larut dalam kesyahduan, dan kebersamaan dengan umat Islam dalam satu aspirasi damai.
Benar saja, aksi 212 itu begitu berkesan bagi Ardian. Bahkan, sangat berkesan. Hingga akhirnya, kesan yang begitu mendalam itu akhirnya tersisipkan dalam lukisan ilustrasi di komik X-Men Gold produksi Marvel yang terbit Rabu, 4 April lalu.
Sontak saja, sejumlah media asing plus netizen mancanegara melakukan protes keras. Mereka sepertinya tidak rela aksi luar biasa umat Islam yang belum pernah ada di negeri mana pun tersisipkan di komik itu.
Ardian pun menjawab semua cemoohan, kritikan, bahkan fitnahan dengan sabar. “Saya tidak membenci Yahudi dan Nasrani. Semua itu sebagai ungkapan kecintaan saya kepada Islam,” ucapnya seperti dimuat di akun medsosnya.
Dan kini, Ardian Syaf pun telah dipecat oleh Marvel, sebuah karir yang ia perjuangkan selama lebih dari 10 tahun. Menyikapi itu, komikus yang membanggakan bangsa Indonesia dengan karyanya yang mendunia ini memberikan beberapa pernyataan yang begitu berkesan.
Hello, Worlds…
My career is over now.
It’s the consequence what I did, and I take it.
Please no more mockery, debat, no more hate. I hope all in peace.
In this last chance, I want to tell you the true meaning of the numbers, 212 and QS 5:51.
It is number of JUSTICE. It is number of LOVE. My love to Holy Qur’an…my love to the last prophet, the Messenger…my love to ALLAH, The One God.
My apologize for all the noise. Good bye, May God bless you all. I love all of you.
-Ardian Syaf-
(Mh/indonesiaproud/portalislam)