ChanelMuslim.com – Kita adalah kumpulan ‘file’ dalam waktu
Catatan Ustadzah Wirianingsih
Tiba di rumah sekitar pukul 23. 00 tadi malam dari perjalanan dakwah di Lombok selama 3 hari.
Baru saja buka pintu, berhamburan Yusuf , Basyir, dan Maryam menyambut kedatangan ibunya. Belum sempat menyapa satu-satu, Yusuf laporan juga belum lama datang setelah 3 hari ada agenda di Bogor.
Basyir menyampaikan info juga baru masuk rumah tapi pukul 4 subuh sudah harus terbang ke Malang akan mendampingi mahasiswa UI yang sedang ikut ajang lomba MTQ Mahasiswa tingkat Nasional.
Basyir cerita diminta civitas akademika UI membina mahasiswa UI untuk
Ikut lomba MTQM cab tahfizh.
Maryam yang sedang berada di rumah menunggu visa student s3 nya ke Malaysia laporan keadaan di rumah baik-baik saja selama saya tinggal ke NTB.
Kondisi bapak juga stabil. Alhamdulillah. Suaminya maryam, Iqbal sudah kembali ke Malaysia.
Saya mengajak Rosyad menemani dalam perjalanan ke Lombok. Sesuatu yang biasa saya lakukan jika pergi keluar kota untuk hadiri undangan ceramah atau urusan dakwah adalah minta didampingi salah satu anak.
Himmah si bungsu menyempatkan pulang di akhir pekan di sela-sela padatnya agenda program murajaah hafalan al Qur’an di Utrujah.
Ismail sudah laporan via wa akan pulang larut malam dan benar pulang sudah pukul 1 dinihari dari kegiatan bersama teman-temannya.
Ifah yang sehari-hari mengurus LTQ Muyassarah yang sedang saya rintis namun jika di hari ‘week end’ nyaris tidak ada di rumah, tadi malam bersama suaminya, Jay juga tidak sempat mampir ke rumah.
Ahmad sudah selesai S2 Islami Finance sekarang bekerja di KL.
Begitulah suasana hari-hari yang kami jalani. Meski anak banyak tapi masing-masing sudah punya kesibukan.
Semua punya aktivitas dakwah sesuai dengan bidangnya. Situasi ramai di rumah inipun karena beberapa masih libur kuliah.
Jika sudah kembali ke kampusnya masing-masing, maka suasana di rumah menjadi senyap, kembali “balik modal” hanya saya dan suami.
Saya selalu berusaha mengajak salah satu anak untuk mendampingi dalam suatu acara , namun seringkali pula anak-anak tidak ada yang bisa.
Sebab sudah punya agenda masing-maisng. Jika sedang ada kesempatan kumpul di rumah, maka meja makan menjadi tempat yang paling efektif untuk saling berbagi cerita dan diskusi.
Kalau tidak selesai diskusinya , pindah ke tengah rumah atau ke ruang perpustakaan.
Saya menegur anak-anak yang membawa gadget ke meja makan. Tidak boleh ada HP saat makan bersama.
Situasi ini berlangsung bertahun-tahun sejak Aaf anak pertama menempuh kuliah S1 nya di ITB.
Sekarang Aaf sudah menikah dengan Aisyah dan miliki 2 anak tinggal di kawasan pesantren DQM Gn.Sindur kab.Bogor.
Faris anak kedua juga sudah menikah dengan Evi, masih menyelesaikan tesisnya di KSU Riyadh.
Istri dan anaknya Faris masih tinggal di Turki. Menantu juga sedang menyelesaikan tesis.
Biiznilllah , Aktivitas dakwah saya sejak remaja tidak berkurang hingga di usia menjelang senja ini.
Saat anak-anak masih kecil-kecil kegiatan dakwah terus berlangsung. Biasanya anak yang masih menyusu asi selalu saya bawa serta.
Sementara kakak-kakaknya ditinggal di rumah dan dititip pada keluarga.
(Alm) Ayah dan (almh) ibu atau saudara-saudara saya siap menjaga anak-anak. Alhamdulillah, ini anugrah dari Allah.
Jika tidak ada keluarga yang menjaga anak-anak biasanya ada khadimah yang menemani.
Saya bersama suami selalu bermusyawarah dalam menyusun agenda kegiatan. Berbagi tugas dan saling mengingatkan.
Setelah anak-anak dewasa dan sebagian sudah berkeluarga, nyatanya amanah dakwah semakin berat. Ya Rabb.
Allah Maha Penyayang. Allah Maha Mengetahui apa yang baik bagi hambaNya.
Pelajaran yang dapat dipetik adalah :
1). Kita adalah kumpulan peristiwa dalam waktu yang terus bergerak ke depan.
2). Teruslah beramal , dan bekerja ‘on the right track’. Allah akan selalu ‘menurunkan pertolongan-Nya”.
3). Suka dan duka , Ni’mat dan ujian datang silih berganti kadang bersamaan.
4). Saat mendapat ni’mat , sebaiknya gembira tidak berlebihan. Karena setelah itu biasany datang ujian. Ketika ujian datang, juga sedih tidak berlebihan karena akan ganti peristiwa lainnya. Intinya, mental harus selalu disiapkan.Bismillah.
5). Saling pengertian, saling tolong-menolong, sabar dan banyak bersyukur.
5). Cepat atau lambat, anak-anak akan punya kehidupan masing-masing sebagaimana kita dulu juga demikian dididik dan diarahkan oleh ortu setelah itu ‘pergi meninggalkan rumah’.
6). Karenanya, yang penting dalam menyiapkan anak-anak kini dan ke depan adalah bagaimana agar mereka memiliki mental yang tangguh, jiwa yang kuat, fisik yang sehat, cerdas, dan agama yang kokoh dalam mengarungi kehidupan . This is the point.
Wallahu a’lam bisshawwab.
——
Sepenggal cerita ini, semoga dapat menjawab sebagian pertanyaan yang muncul dalam berbagai forum ceramah , pengajian, atau seminar pendidikan anak yang saya hadiri bagaimana saya membagi waktu antara di rumah dan di luar rumah.
#Janganlah hati kosong dari mengingat Allah (Ibnul Qayyim alJauzi) .
#Bangun kerjasama yang sinergis dengan pasangan dan keluarga besar.
#Semoga manfaat