ChanelMuslim.com – Anak laki-laki hari ini, Ayah di hari esok. Menjelang wafatnya, Nabi Ya’qub as bertanya kepada anak-anaknya.
“Siapakah Tuhan yang kalian sembah sepeninggalku?”
Semua anaknya yang berjumlah 12 orang itu menjawab, “Kami menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu.”
Sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 133.
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’.” (QS. Al Baqarah: 133)
Kelak satu di antara putranya, Yusuf as menjadi Nabi dan Rasul meneruskan risalah dakwah sang ayah. Siapa yang tidak kenal Nabi Yusuf as? Namanya masyhur karena sejak kecil sudah tampak kesalehannya, sabar, dan sangat tampan.
Baca juga: Menghindari Pola Asuh yang Salah
Nabi Yusuf as istimewa karena kisahnya khusus menempati dalam satu surat yaitu ‘Surah Yusuf’ (12). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut Nabi Yusuf as sebagai keturunan orang-orang mulia, karena nasabnya tidak terputus hingga ke Nabi Ibrahim as. Yusuf bin Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim.
Pelajaran dalam Al-Qur’an tentang Peran Ayah
Banyak pelajaran dalam Al-Qur’an tentang peran seorang ayah dalam mendidik anak di keluarga. Hampir keseluruhan kisah-kisah keluarga terbaik itu menampilkan sosok ayah. Lihat pula bagaimana dialog Nabi Ibrahim as dengan Ismail yang masih kanak-kanak. Kisah keluarga Imran, Kisah Luqman.
Sebagai pemimpin dalam keluarga, ayah itu harus visioner, memandang jauh ke depan (alhayatu ba’dal maut). Allah menciptakan otak laki-laki itu untuk menjadi pemimpin. Memimpin itu artinya berdiri di depan, mendahului menjadi contoh, tegas, kokoh bagai karang.
Pemimpin itu bukan pemimpi. Ia responsible, menjaga, melindungi, mengayomi, peduli, dan penuh kasih sayang. Malam-malamnya adalah malam yang panjang dengan doa-doa terbaik. Siangnya adalah kerja keras dan ikhlas untuk keluarganya.
Seperti apa seorang ayah menjadi model terhadap nilai yang diyakininya, seperti itulah nanti anak laki-laki menirunya. Ini yang disebut hukum kausalitas, kecuali Allah berkehendak lain.
Hari Ayah baru saja berlalu. Jangan lagi dikatakan Indonesia negeri tanpa ayah (fatherless) karena begitu banyak masalah bermula dari kepemimpinan seorang ayah. Anak laki-laki hari ini, Ayah di hari esok. Wallahu a’lam.
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun Instagramnya @wiwirianingsih pada Selasa, 30 November 2021.
[Wnd]