Saturday, April 17, 2021
Copyright . Disclaimer . Iklan . Redaksi
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase
No Result
View All Result
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Suami Istri

Beda Komunikasi Pria Wanita: Maaf, Kata yang Paling Berat Diucapkan

February 5, 2020
in Suami Istri
4 min read
0
66
SHARES
511
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram

 

ChanelMuslim.com- Tak seorang pun bisa luput dari khilaf dan salah. Pria maupun wanita. Dengan dosis kekhasan khilafnya masing-masing, pria maupun wanita harus berani mengungkapkan kata yang paling berat diucapkan: maaf.

Baik pria maupun wanita memiliki potensi ego yang sama. Dalam ruang lingkup nalar pria maupun di dunia emosi wanita, kekhilafan atau kesalahan melangkah selalu bisa terjadi. Agar pasangan pria wanita bisa kembali menemukan titik keseimbangannya dalam hal ini, mesti diawali dengan kata maaf.

Kata yang terdiri hanya dari empat huruf ini memang begitu ringan ditulis. Tapi, begitu berat diucapkan. Kenapa? Sejumlah hambatan yang tidak sederhana biasanya menciptakan rute benang kusut untuk menuju kata maaf.

Maaf sejatinya adalah sebuah pengakuan. Bahwa, ada kekurangan dalam diri kita. Bukan pada fisik, tapi pada sikap atau cara pandang diri kita terhadap pasangan. Sementara cara pengungkapannya: dengan lisan, tindakan, atau isyarat; hanyalah tampak luar yang akhirnya bisa dirasakan pasangan.

Pengakuan inilah kendala besarnya. Karena itu, cara pandang yang kita anggap benar harus sering-sering dibongkar pasang. Caranya? Di antaranya dengan banyak interaksi dan diskusi. Interaksi yang paling utama adalah dengan merujuk pada teladan kita: Nabi Muhammad saw., sahabat radhiyallahum ajmain, para ulama, dan orang-orang yang bisa kita percaya.

Dengan begitu, kita seperti menguji pandangan kita dengan bingkai-bingkai yang sudah terjamin benar. Setelah itu, diuji melalui yang lebih teknis dan kekinian. Di antara contoh cara ini adalah dengan meminta pendapat sahabat atau orang dekat yang kita percaya untuk menyampaikan pendapatnya.

Di masa Nabi saw., ada seorang sahabat yang minta pendapat tentang perilaku istrinya yang ia sangat tidak suka. Ia menganggap istrinya salah besar ketika tidak menyampaikan kematian putera mereka ketika sang suami baru tiba dari bepergian. Baru setelah ia istirahat, makan, bahkan berhubungan suami istri, berita duka itu disampaikan istri.

Kenapa tidak disampaikan sejak awal ketika ia tiba di rumah? Ini kan soal penting. Kok, ditunda-tunda seperti hal yang sepele.

Setelah disampaikan hal itu ke Nabi saw., di luar dugaan suami, justru Nabi saw. memuji sang istri. Nabi saw. pun memanjatkan doa agar Allah swt. memberikan keberkahan mereka dengan anak yang baru.

Bayangkan jika sang suami tidak terlebih dahulu membongkar ulang pandangannya terhadap sang istri. Boleh jadi, ia akan marah besar bahkan bisa menjurus pada perceraian karena menganggap istri telah melakukan kesalahan fatal.

Pada saat terbongkarnya pandangannya yang keliru itulah, sang suami akan begitu ikhlas mengatakan, “Maafkan aku, istriku! Aku keliru!”

Perhatikanlah, yang melakukan bongkar pasang pandangan sang suami adalah si suami sendiri. Bukan rekayasa istrinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran untuk menguji cara pandang itu sebaiknya muncul dari diri sendiri, bukan pihak lain.

Bisakah pengakuan dibangun melalui rekayasa pihak lain, bukan atas kesadaran dari diri sendiri? Opsi ini bisa saja dilakukan ketika pengakuan tak kunjung muncul.

Sebuah kisah di masa Nabi saw. juga menarik diambil pelajaran. Seorang istri menceritakan kepada kakak prianya tentang perilaku suaminya yang kurang memperhatikan kebersihan diri. Jarang mandi, apalagi berhias diri.

Sang kakak ini pun menyampaikan hal itu kepada Nabi saw. Nabi saw. pun memanggil sang suami itu dengan memberikan nasihat: segala sesuatu itu ada haknya. Dalam dirimu ada hak Allah, juga hak istrimu. Tunaikanlah hak-hak itu dengan sebaik-baiknya.

Setelah muncul pengakuan salah ini, sang suami pun meminta maaf dan mengubah sikapnya tentang bersih diri dan berhias untuk istri.

Jadi, ucapan maaf bukan dimaksudkan sekedar penghias ucapan atau basa basi. Atau, bentuk lain dari manipulasi situasi dan kondisi agar tidak ada konflik yang berkepanjangan. Tapi, ucapan maaf muncul sebagai bentuk kesadaran bahwa ia telah keliru.

Alquran yang agung juga memberikan isyarat pentingnya menguji pandangan yang berseberangan antara sepasang suami istri yang bersitegang. Yaitu, dengan mendatangkan dua orang bijak dari pihak suami dan istri untuk menguji dua pandangan berseberangan itu. Sebelum, pihak suami atau istri menyatakan putus untuk selamanya.

Boleh jadi, tidak ada satu pihak yang dinyatakan keliru. Tapi, cara mengekspresikan pandangan mereka masing-masing itulah yang perlu diluruskan. Pada kasus ini, bukan pandangannya yang salah, tapi teknis atau caranya yang tidak tepat. Mungkin karena soal verbal, suasana pengungkapan, dan lain-lain.

Contoh, seorang suami ingin poligami. Ia bermaksud baik untuk menikahi janda yang terbebani dengan anak-anak yang masih kecil. Dan anak-anak yang yatim itu kebetulan adalah putera dari sahabat karibnya.

Tentu saja pandangan ini ditolak istri. Karena membantu anak-anak yatim bisa dilakukan tanpa harus dengan menikahi ibunya. Jadi, pandangan siapa yang benar dan siapa yang salah?

Pandangan suami benar karena suami berhak untuk poligami, terlebih lagi dengan maksud untuk membantu anak-anak yatim yang juga anak-anak dari sahabatnya yang sudah meninggal dunia. Apakah istri yang salah?

Di mana salahnya? Pandangannya tidak ada yang salah, karena menolong anak-anak yatim bisa dilakukan dengan bantuan rutin, mengangkat anak asuh, dan lain-lain; tanpa harus menikahi ibunya.

Kalau saja pihak suami tidak menyampaikan pandangan baiknya itu langsung kepada istrinya. Melainkan, melalui pihak lain yang bisa diajak diskusi oleh istri. Dalam posisi ini, ajuan rencana poligami itu terkesan akan lebih objektif.

Kalau pun si istri akhirnya menolak, tidak ada pihak yang merasa menang dan kalah. Karena ini masih dalam ruang wacana amal saleh yang tidak langsung bersentuhan dengan kepentingan subjek. Berbeda jika disampaikan langsung, apalagi jika memang sudah terjadi.

Kata maaf memang tampak sederhana. Tapi, pelaksanaannya itu yang sangat berat. Butuh kecerdasan diri untuk bisa menemukan pengakuan. Bahwa, saya memang keliru. Kalaupun kesadaran pengakuan tidak juga diperoleh, perlu mencari orang bijak agar mereka bisa membantu. (Mh/bersambung)

 

 

 

 

 

 

 

 

Previous Post

Ikuti Tren, Pepsodent Juga Luncurkan Pasta Gigi Berbahan Siwak

Next Post

Nurmansjah Lubis vs Ahmad Riza Patria dalam Persepsi Warganet

Related Posts

Makna Tangis Seorang Istri

Makna Tangis Seorang Istri

April 17, 2021
503
Makna Senyum Suami Istri

Makna Senyum Suami Istri

April 14, 2021
512
Istri di Indonesia Pahalanya Besar (2)

Istri di Indonesia Pahalanya Besar (2)

April 11, 2021
505
Betapa Besarnya Pahala Istri Orang Indonesia

Betapa Besarnya Pahala Istri Orang Indonesia

April 9, 2021
517
Ungkapan Cinta Itu Tak Perlu Mahal

Ungkapan Cinta Itu Tak Perlu Mahal

April 7, 2021
510
Ciri Cinta Sejati: Poligami Jadi Pilihan Terakhir

Ciri Cinta Sejati: Poligami Jadi Pilihan Terakhir

March 31, 2021
507
Ciri Cinta Sejati: Tajamnya Bahasa Isyarat

Ciri Cinta Sejati: Tajamnya Bahasa Isyarat

March 31, 2021
517
Redakan Konflik Tumbuhkan Harmoni

Redakan Konflik Tumbuhkan Harmoni

March 25, 2021
503
5 Kebutuhan Istri untuk Atasi Rasa Insecure

5 Kebutuhan Istri untuk Atasi Rasa Insecure

March 25, 2021
512
Ciri Cinta Sejati Meluruskan tanpa Menjatuhkan

Ciri Cinta Sejati Meluruskan tanpa Menjatuhkan

March 25, 2021
513
Next Post

Nurmansjah Lubis vs Ahmad Riza Patria dalam Persepsi Warganet

Millenial Apresiasi Terobosan Dompet Dhuafa dalam Wakaf di Era Digital

Cream Cheese Blueberry Danish, Ide Sajian Keluarga Terbaru

Terbaru

Bosnia Kembalikan Tradisi Ramadan

Bosnia Kembalikan Tradisi Ramadan

April 17, 2021
Bunga Mawar Bermekaran di Taif Saat Ramadan

Bunga Mawar Bermekaran di Taif Saat Ramadan

April 17, 2021
Meriam Ramadan di Mekkah Belum Terdengar Lagi

Meriam Ramadan di Mekkah Belum Terdengar Lagi

April 17, 2021
MUI dan PKS Miliki Kesamaaan Ruh Perjuangan untuk Melayani Umat

MUI dan PKS Miliki Kesamaaan Ruh Perjuangan untuk Melayani Umat

April 17, 2021
Alaska Tawarkan Turis Vaksin Covid-19 Mulai 1 Juni

Alaska Tawarkan Turis Vaksin Covid-19 Mulai 1 Juni

April 17, 2021
Shalat Jumat Ramadan Pertama di Al-Aqsha Dipenuhi Ribuan Jamaah

Shalat Jumat Ramadan Pertama di Al-Aqsha Dipenuhi Ribuan Jamaah

April 17, 2021
Es Teller, Ide Sajian Berbuka Segar khas Indonesia

Es Teller, Ide Sajian Berbuka Segar khas Indonesia

April 17, 2021
menu sahur

Menu Sahur dengan Hadiah dari Allah

April 17, 2021
Koleksi Silhoutte by Hannie Hananto

Koleksi Silhoutte by Hannie Hananto

April 17, 2021
Orang Tidak Beriman pun Mengagumi Al-Qur’an

Orang Tidak Beriman pun Mengagumi Al-Qur’an

April 17, 2021

Terpopuler

  • Hukum Memakai Kalung Salib

    Hukum Memakai Kalung Salib

    400 shares
    Share 160 Tweet 100
  • Resep JSR untuk Demam Anak, Batuk dan Panas Dalam

    332 shares
    Share 133 Tweet 83
  • 33 Pertanyaan yang Harus Ditanyakan Setiap Gadis Saat Taaruf

    443 shares
    Share 177 Tweet 111
  • Jabatan Menurut Heri Koswara

    71 shares
    Share 28 Tweet 18
  • Nusret “Salt Bae” Koki yang Bangun Masjid Senilai 13 Milyar

    203 shares
    Share 81 Tweet 51
  • Buka Aura, Bagaimana Hukumnya menurut Syariah?

    451 shares
    Share 180 Tweet 113
  • Tips Menyimpan Kolang Kaling

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Arti dan Keutamaan Surat Al-Fatihah

    69 shares
    Share 28 Tweet 17
  • Ucapkan Barakallah sebagai Pengganti Selamat

    832 shares
    Share 333 Tweet 208
  • Yang Berhak Memandikan Jenazah Ibu

    182 shares
    Share 73 Tweet 46
  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact
Copyright . Disclaimer . Iklan . Redaksi

Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase

Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga