ChanelMuslim.com – Surat Yasin ayat 35 berisi tentang lanjutan dari ayat 34 terkait diciptakannya kebun-kebun kurma dan anggur. Ayat 35 ini menjelaskan bahwa kebun-kebun itu bermanfaat agar nantinya bisa dimakan buahnya. Oleh sebab itu, bukankah seharusnya bisa lebih bersyukur mendapatkan nikmat seperti itu?
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 34
Isi Surat Yasin Ayat 35
لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
“Agar mereka memakan buahnya dan yang diperbuat oleh tangan mereka. Tidakkah mereka bersyukur?”
Dilansir channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN yang mengambil sumber dari buku TAFSIR SURAT YAASIN, Ustaz Abu Utsman Kharisman, dijelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan maa dalam kalimat wa maa amilathu aydiihim.
Sebagian ulama mengartikan maa di sini sebagai mawshuulah yang diartikan “yang”. Sehingga artinya adalah agar mereka memakan buahnya (secara langsung) dan yang mereka perbuat dengan tangan mereka.
Maksudnya, Allah memberikan nikmat berupa buah yang langsung bisa dikonsumsi seperti kurma, dan bisa juga kalian olah lebih lanjut, misalkan dibuat sirup atau manisan, dan semisalnya.
Syaikh Ibn Utsaimin cenderung pada pendapat maa pada ayat ini adalah mawshuulah karena mencakup makna yang lebih luas.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 33, Allah Menghidupkan Bumi yang Sebelumnya Mati
Tanda Seseorang Sudah Bersyukur
Allah mengingatkan mereka agar mensyukuri nikmat tersebut dengan menyatakan, tidakkah kalian bersyukur?
Seseorang dikatakan bersyukur jika ia melakukan 4 hal. Pertama, mengakui nikmat tersebut. Ia mengakui bahwa itu adalah nikmat dari Allah, tidak didapatkannya berkat keahliannya, melainkan didapatkan karena pertolongan dan pemberian Allah.
Kedua, memuji Allah. Sahabat Nabi Ibnu Abbas menyatakan, “Ucapan Alhamdulillah adalah kalimat yang diucapkan oleh seluruh orang yang bersyukur” (Tafsir Ibnu Katsir (1/128)).
Ketiga, tunduk dan mencintai Allah. Keempat, menjalankan ketaatan kepada Allah sebagai perwujudan syukur.
Ia gunakan nikmat pemberian Allah untuk mentaati-Nya dan tidak bermaksiat kepada-Nya.
(disarikan dari Madaarijus Saalikin karya Ibnul Qoyyim (2/247)).
Dalam firman Allah: li ya’kuluu min tsamarihi (agar mereka memakan buahnya), terkandung faedah bantahan terhadap kaum Jabriyyah yang menafikan illat atau hikmah dalam perbuatan Allah.
Sesungguhnya, setiap perbuatan dan penciptaan Allah mengandung hikmah. Ada banyak dalil tentang hal itu dalam Al-Qur’an. Sebagian dalil tersebut menunjukkan secara tegas, adanya hikmah.
Ada juga yang Allah sebutkan dalam bentuk peniadaan terhadap lawan dari hikmah, yaitu main-main atau kesia-siaan.
Sahabat Muslim, mari kita lebih mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah. [Cms]