DALAM Al Qur’an surat Maryam ayat 1-11, diceritakan keresahan Nabi Zakaria alaihissalam. Nabi Zakaria telah memasuki usia senja, namun belum memiliki anak sebagai penerus risalah kenabian.
Kemudian Nabi Zakaria berdoa sepenuh hati kepada Allah Ta’ala agar menganugerahi beliau anak, meskipun istrinya mandul dan beliau sendiri sudah renta.
Nabi Zakaria berserah diri kepada Allah dan bermujahat sepenuh hati kepada-Nya dengan bertasbih di pagi dan petang. Kemudian, Allah menjawab doanya dengan memberikan kabar gembira akan hadirnya seorang anak bernama Yahya.
Ustadz Nidzom, seorang dai asal Pasuruan, dalam acara Fun Camp yang diadakan oleh Yayasan Karya Sportif Utama (YKSU) bekerjasama dengan Salimah Tulungagung dan LMI Tulungagung pada Senin (25/12/2023) di Buper Jurang Senggani Tulungagung menjelaskan, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Nabi Zakaria ini.
Pertama, sebagai orang tua, kita seharusnya resah jika tidak ada penerus dari cita-cita besar orang tuanya. Orang tua pasti ingin anak mereka mewarisi ajaran Islam yang mulia ini. Generasi penerus penebar kebaikan sebagaimana para nabi berdakwah dahulu.
“Keresahan itu mewujud dengan memberikan pendidikan agama terbaik kepada anak dan lingkungan pergaulan yang baik. Mereka menyekolahkan anak-anak mereka ke institusi pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai luhur islami dengan lingkungan yang baik,” terang Nidzom kepada peserta yang terdiri dari para ayah dan bunda anggota YKSU.
Kedua, doa adalah hal yang membedakan antara seorang muslim dengan kafir. Kekuatan doa hubungannya dengan Allah. Karenanya, seorang muslim wajib meyakini bahwa berdoa inilah kekuatan sejatinya. Jika seorang muslim meninggalkan doa, habislah kekuatan itu, sehingga dia dengan mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Allah.
“Kekuatan doa ini jua yang dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w dalam setiap peperangan. Bahkan, ketiak beliau kelihatan ketika beliau berdoa mengangkat tangan tinggi-tinggi saat perang Badar untuk memohon pertolongan Allah agar memenangkan agama ini. Doa ini pula yang membakar semangat jihad kaum muslimin dan membuat musuh-musuh Allah ciut. Mereka kalah mental sebelum berperang,” jelasnya.
Ketiga, Nabi Zakaria tidak pernah kecewa di dalam berdoa. Dari doa ini, muncul optimisme bahwa doa kita akan dikabulkan oleh Allah Ta’ala cepat atau lambat.
Keempat, untuk mempercepat terkabulnya doa, seorang hamba perlu memantaskan diri untuk mendapatkan pertolongan Allah. Ketika niat sudah kuat, kesungguhan kuat, dan bertemu dengan doa yang kuat, maka doa akan terkabul.
“Untuk memantaskan diri, kita perlu meningkatkan kualitas diri, meningkatkan ibadah, dan melakukan langkah-langkah yang bisa mempercepat terkabulnya doa,” pungkasnya. [Mh/fat, Salimah]