KITA bisa melihat bagaimana sikap Umar bin Abdul Aziz ketika anak yatim melukai putra Umar bin Abdul Aziz. Umar pernah berkata, “Sesungguhnya perkara yang paling dicintai Allah adalah tindakan yang wajar saat seseorang bisa melakukan yang lebih, memaafkan saat mampu membalas, berbuat lembut dalam menjalankan kekuasaan.
Tidaklah seseorang berbuat lembut kepada seseorang kecuali Allah akan berbuat lembut kepadanya di Hari Kiamat.”
Baca Juga: Putri Umar bin Abdul Aziz Menangis di Hari Lebaran
Ketika Anak Yatim Melukai Putra Umar bin Abdul Aziz
Pada suatu hari, putra Umar bin Abdul Aziz yang masih kecil keluar rumah, dan bermain dengan anak-anak yang lain.
Dalam permainan itu, salah satu anak melukai putra Umar. Anak-anak yang lainnya menangkapnya, lalu membawanya menghadap Umar.
Umar mendengar kegaduhan di luar, lalu menemui anak-anak itu. Namun, seseorang perempuan berkata, “Dia adalah anakku. Dia anak yatim.”
“Tenanglah!” kata Umar kepada perempuan itu. “Apakah dia mendapatkan santunan dari negara?”
Perempuan itu menjawab, “Tidak.”
“Masukkan dia dalam catatan anak yang berhak mendapatkan santunan negara!” ujarnya pada petugas keuangan.
Saat itu, Fatimah -istri Umar- berkata, “Apakah engkau berbuat baik kepada anak yang telah melukai putramu itu? Jika Allah berkehendak, anak itu akan melukai putramu untuk kedua kali.”
Umar berkata, “Celaka kamu. Dia adalah anak yatim dan kalian sungguh telah menyakitinya.” (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah 9/227)
Lihatlah bagaimana Umar memuliakan anak yatim meski anak itu telah melukai putranya. Inilah kelembutan dan sikap wajar yang ditunjukkan Umar.
Umar adalah seorang khalifah tentu jika ia ingin ia dapat membalas. (w/Cms]
Sumber: Golden Stories Kisah-Kisah Indah dalam Sejarah Islam, Mahmud Musthafa Sa’ad, DR. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, Pustaka Alkautsar