DIKUTIP dari Gen Saladin, menuliskan perjuangan Nabi Isa memurnikan tauhid di bumi Palestina.
Dulu, ketika kecil aku suka sekali nasyid yang menceritakan tentang nabi-nabi Ulul Azmi.
Nabi-nabi yang ujiannya lebih besar, perjuangannya lebih sulit, tapi kesabaran mereka pun lebih besar.
Kamu juga masih ingat kan dengan nabi-nabi ini? Mereka adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kelima nabi ini disebut sebagai Ulul Azmi, yang kata Ibnu Abbas bermakna, “Mereka adalah orang-orang yang memiliki keteguhan dan kesabaran.”
Dan di antara 5 nabi ini, yang medan dakwahnya utuh di Palestina sejak awal sampai akhir adalah Nabi Isa alaihissalam.
Bahkan kelak di akhir zaman, beliau juga akan membunuh Dajjal di Bab Ludd, Palestina.
Langit Palestina mengabadikan peristiwa sejak Nabi Isa saat bayi sudah menegakkan tauhid, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.” (QS. Maryam 30).
Beliau adalah anak Ibunda Maryam, yang sejak kecilnya sudah tumbuh dalam keberkahan Masjid Al Aqsha! Kota-kota di Palestina seperti Baitulahm (Bethlehem) dan Nashirah (Nazareth) menjadi dua tempat yang sering dikaitkan dengan napak tilas perjuangan Nabi Isa.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Baitulahm sebagai tempat lahirnya Beliau, dan Nashirah sebagai tempat beliau diutus menjadi nabi di usia 30 tahun.
Selama 3 tahun lamanya beliau meneruskan perjuangan Nabi Zakaria dan Yahya.
Bisa kamu bayangkan, Bani Israil benar-benar jahat kala itu dengan membunuh para nabi, sehingga tugas kenabian Nabi Isa juga penuh dengan ancaman.
Dalam membersamai dakwah itulah, Nabi Isa dibersamai oleh sahabat-sahabat andalan yang digelari sebagai Al Hawariyyun.
Dalam As Shaf ayat 14, Nabi Isa pernah bertanya tentang kesediaan pengikutnya untuk menjadi penolong agama Allah, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?”, lalu para Hawariyyun menjawab lugas dan tegas, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah”.
Lalu apakah Bani Israil kala itu menyambut seruan dakwah Nabi Isa? Dalam ayat Ash Shaf yang sama, Allah menggambarkan, “Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir.”
Sebagaimana dakwah nabi-nabi sebelumnya, Nabi Isa pun melalui tantangan dari masyarakat dan penguasa yang tidak suka perubahan.
Kala itu Palestina dikuasai oleh Romawi, namun Romawi memberi kekuasaan pada penguasa lokal Yahudi bernama Herodes Antipas.
Orang inilah pula yang bertanggungjawab atas syahidnya Nabi Yahya karena menegakkan risalah tauhid kepada Bani Israil.
Perjuangan Nabi Isa Memurnikan Tauhid di Bumi Palestina
Baca juga: Trump Ancam Neraka buat Palestina, Neraka Datang ke California
Di bumi Palestina yang mulia itulah, Nabi Isa meneruskan perjuangan para Nabi, sekaligus memberi tahu kaumnya bahwa nabi akhir zaman akan diutus.
Dalam Ash Shaf ayat 6, Allah menggambarkan Nabi Isa yang memberitakan kedatangan Nabi Muhammad pada kaumnya, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
Nabi Isa akhirnya Allah angkat ke langit setelah perjuangan beliau di bumi Masjid Al Aqsha dan sekitarnya (dalam beberapa riwayat disebutkan beliau berdakwah 3 sampai 3,5 tahun), dan sekitar 500 tahun kemudian, Allah utus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari jazirah Arab, diikuti oleh generasi sahabat dari bangsa Arab, untuk menyempurnakan risalah para Nabi.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertemu Nabi Isa dalam megahnya peristiwa Isra Mi’raj (lagi-lagi terjadi di Masjid Al Aqsha) sebelum beliau hijrah ke Madinah.
Dan, 16 tahun setelah peristiwa Isra Mi’raj itu, sahabat-sahabat kebanggaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menapakkan kakinya di Bumi Palestina sebagai pembebas, mengakhiri kekuasaan Romawi yang sudah nyaris 700 tahun berkuasa di Palestina dan bertempur begitu lama dengan Persia untuk mempertahankannya.
Bilal azan di atasnya, Khalid dan Amru membuka gerbangnya, Abu Ubaidah memimpin shalat khusyu, dan Khalifah Umar menerima kuncinya.
Risalah Tauhid yang murni itu akhirnya bersinar setelah penantian berabad-abad lamanya.[Sdz]