Chanelmuslim.com – Pada suatu hari, ketika Abu Sufyan memanggil anaknya yang bernama Ja’far, lalu berkata kepada istrinya, “Kami akan pergi.” Istrinya bertanya, “Ke mana?”
la menjawab, “Menemui Rasulullah untuk masuk Islam.
la pacu kudanya menuju Madinah dengan hati penuh keinsafan.
Sesampai di Abwa’, ia melihat rombongan besar yang sedang bergerak ke Mekah. Mereka adalah Rasulullah dan kaum muslimin.
Baca Juga: Air Zamzam Sisa Sufyan Ats Sauri
Ketika Abu Sufyan bin Harits Berjalan dari Kegelapan Menuju Cahaya
la berpikir keras, apa yang harus ia lakukan? Sekian lama ia memerangi Islam dan Rasulullah dengan senjata dan syairnya, hingga membuat Rasulullah memberikan penghargaan kepada siapa saja yang sanggup membunuhnya. Maka, jika keberadaannya diketahui oleh kaum muslimin, mereka pasti berebutan untuk membunuhnya. Karena itu, ia harus mempunyai strategi agar dapat bertemu Rasulullah terlebih dahulu sebelum tertangkap oleh kaum muslimin.
Abu Sufyan melakukan penyamaran hingga sulit dikenali. la menggandeng tangan Ja’far dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki, hingga berjumpa Rasulullah di tengah gelombang para sahabat. Ketika rombongan itu beristirahat, ia segera menemui Rasulullah dan bersujud di kaki beliau dengan membuka tutup wajahnya. Rasulullah mengenalinya dan memalingkan wajah. Ketika Abu Sufyan menghadap dari Sisi yang lain, beliau kembali berpaling. Saat itulah Abu Sufyan dan Ja’far berseru, “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar-rasulullah.” Lalu ia mendekati Rasulullah dan berkata, “Tidak ada lagi dendam, ya Rasulullah. ”
Rasulullah menjawab, “Tidak ada lagi dendam, wahai Abu Sufyan.”
Rasulullah menyerahkan Abu Sufyan kepada Ali seraya berkata, “Ajarilah anak pamanmu ini berwudhu sesuai dengan sunnahku. Setelah itu, ajaklah menghadapku.”
Ali mengajaknya pergi. Beberapa saat kemudian, mereka kembali menghadap Rasulullah. Beliau bersabda kepada Ali, “Umumkanlah bahwa Rasulullah telah ridha kepada Abu Sufyan. Karena itu, mereka juga harus ridha.”
Begitulah. Jika Allah berfirman pada waktu yang hanya satu detik, “Jadilah penuh berkah.” Maka satu detik itu menghapus sekian puluh tahun kesesatan dan membuka pintu rahmat yang tiada batas.
Jauh sebelum itu, sebenarnya Abu Sufyan hampir saja masuk Islam ketika melihat peristiwa menakjubkan di Perang Badar. Di perang ini, Abu Lahab tidak ikut berperang dan mengirimkan Ash bin Hisyam sebagai wakilnya. Sementara di Mekah, ia menunggu berita hasil peperangan. Berita pun berdatangan mengabarkan kekalahan kaum kafir Quraisy yang memalukan.
Suatu hari, ketika Abu Lahab bersama rekan-rekannya duduk di dekat sumur Zamzam, ia melihat seorang penunggang kuda yang mendekat. Dia adalah Abu Sufyan bin Harits. Abu Lahab langsung memanggilnya dan berkata, “Kemarilah saudaraku! Aku yakin kamu pasti punya cerita. Ayo ceritakan bagaimana jalannya pertempuran”
Abu Sufyan berkata, “Demi Tuhan, tidak ada cerita lain, kecuali kami berhadapan dengan mereka lalu kami menjadi bulan-bulanan. Mereka membunuh kami sesuka mereka dan menangkap kami sebagai tawanan sesuka mereka. Demi Tuhan, aku tidak menyalahkan orang-orang Quraisy. Kami berhadapan dengan pasukan berpakaian serba putih mengendarai kuda hitam belang putih. Di antara langit dan bumi, tidak ada sesuatu pun yang menyerupainya dan tidak ada sesuatu pun yang menghalanginya.
Yang dimaksud Abu Sufyan adalah para malaikat ikut bertempur bersama Rasulullah dan kaum muslimin.
Lantas mengapa waktu itu dia tidak masuk Islam, padahal ia telah menyaksikan kejadian itu?
Keraguan adalah jalan menuju keyakinan. Jika keraguan Abu Sufyan saat itu sangat kuat, jika keyakinan itu sudah tiba masanya, maka keyakinan itu pun akan kuat.
Dan, hari keyakinan itu pun tiba. la telah mendapat petunjuk. la telah masuk Islam, seperti yang sudah kita sebutkan di atas. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan alam semesta.
Abu Sufyan adalah saudara sepupu Nabi, yaitu putra dari pamannya, Harits bin Abdul Muthalib. Juga saudara sepersusuan Nabi karena selama beberapa hari disusui oleh ibu susu Nabi, Halimah as-Sa’diyah.
selama 20 tahun Abu Sufyan bin Harits memusuhi Islam habis-habisan. Sejak hari pertama kenabian hingga menjelang peristiwa pembebasan kota Mekah, ia membantu kaum kafir Quraisy dan sekutu-sekutunya, menggubah syair-syair untuk menghina Nabi. la juga tidak pernah absen dari peperangan melawan kaum muslimin. Tiga saudaranya, yaitu Naufal, Rabi’ah dan Abdullah, telah lebih dahulu masuk Islam.
Dan kini hidayah Allah telah sampai padanya, ia memeluk Islam dihadapan Rasulullah.
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itihsom