ChanelMuslim.com- Shalat mencegah perbuatan keji dan munkar. Lima waktu yang wajib itu seolah seperti jaring penyelamat untuk mereka yang menunaikannya.
Begitu banyak hikmah dari shalat lima waktu. Waktu-waktunya tersebar di lima titik dalam setiap hari. Sejak matahari terbit, tenggelam, datangnya malam, hingga sang matahari terbit lagi.
Penyebarannya memang tidak terpisah secara rata. Dari 24 jam, waktu shalat tidak serta merta dibagi menjadi lima, sehingga memiliki rentang waktu yang sama.
Penyebarannya terpisah secara proporsional. Ada yang terpisah jauh, dan ada pula yang agak rapat. Semua itu merupakan ketetapan dari Allah subhanahu wata’ala, Yang Maha Tahu segala ciptaanNya.
Subuh
Waktu ini disebut juga dengan fajar. Sehingga shalat Subuh juga disebut sebagai shalat Fajar. Waktu shalat yang dimulai saat fajar datang.
Waktu ini merupakan alarm awal kehidupan manusia dimulai. Khususnya, mereka yang tinggal di wilayah kawasan Katulistiwa, yang memiliki waktu siang dan malamnya hampir sama.
Jadi, sebelum manusia beraktivitas memulai hidup selepas bangun dari tidur, mereka seperti di-charge dengan shalat Subuh. Dibersihkan fisik dan batinnya. Dikuatkan lagi ikatan ruhaninya dengan Allah.
Jika mereka terlewat dari kedatangan waktu Subuh, maka akan terlewat pula saat dimulainya kehidupan mereka hari itu. Segalanya menjadi serba terlambat dan terlewat. Termasuk lewatnya rezeki di awal hari itu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan, Siapa yang shalat Subuh berjamaah, maka ia seperti shalat sepanjang malam.
Betapa jernihnya akal pikiran ketika diawali dengan Subuh. Rezeki awal hari itu mengalir lancar. Keberkahan pun dalam genggaman.
Zuhur
Waktu shalat kedua di hari itu adalah Zuhur. Waktunya datang saat matahari seperti tepat berada di atas kita. Saat terik terasa luar biasa. Saat sebagian besar aktivitas kerja menunda pekerjaan untuk istirahat.
Zuhur datang ketika panas energi pada puncaknya. Hal itu ditandai dengan lelah fisik, bosan, dan sejenisnya. Saat itulah fisik dan ruhani kembali di-charge ulang untuk menemui keseimbangannya.
Karena itu, awali masa istirahat kerja untuk shalat. Bukan makan dan minum. Bukan ngobrol-ngobrol. Apalagi tidur.
Shalat Zuhur seperti menyirami ruhani yang lelah menemui kesegarannya. Mendudukkan batin yang resah ke posisi tenangnya.
Ashar
Waktu Ashar datang seperti penanda waktu siang dalam peralihan. Ashar seperti momen untuk mengevaluasi diri dari masa pagi hingga siang tadi.
Sekitar 10 jam rentang waktu sejak fajar hingga Ashar datang. Para malaikat pun siap mencatat amal hamba-hamba Allah di siang itu. Alangkah indahnya jika momen itu ditandai dengan keadaan shalat tepat waktu.
Magrib
Waktu Magrib datang sebagai gerbang waktu malam. Ada warna jingga menyelimuti langit. Sinar matahari yang semula terang pun telah redup.
Idealnya, semua orang telah berada di rumah. Khususnya kaum wanita. Karena waktu Magrib seperti pertanda setan-setan berkeliaran, seiring dengan energi warna jingga yang seirama dengan warna mereka.
Azan Magrib membuyarkan kerumunan setan-setan itu. Mereka lari tunggang-langgang tak tentu arah. Yang penting selamat. Dan kemudian balik lagi seusai azan.
Pergantian waktu dari siang ke malam pun diawali dengan shalat. Memohon ampunan dari dosa di siang itu. Dan memohon perlindungan pada Allah untuk malam yang akan bergulir pelan.
Isya
Tak berselang lama, waktu Isya mengiringi Magrib yang sangat sebentar. Rentangnya seperti waktu fajar manakala matahari terbit. Magrib hilang setelah langit tak lagi diselimuti warna jingga. Melainkan, warna hitam pekat jika tanpa bulan dan bintang.
Isya mengantarkan hamba-hamba Allah kedalam rengkuhan malam yang tenang. Aman. Dan lagi-lagi penuh keberkahan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa menunaikan Isya di saat menjelang tengah malam. Bukan seperti waktu kita saat ini. Tapi, pelaksanannya dilakukan berjamaah di masjid. Bukan sendiri-sendiri di rumah.
Beliau pernah mengatakan, andai aku tidak khawatir akan memberatkan umatku, shalat Isya akan ditunaikan menjelang tengah malam.
Namun setelah pelaksanaan shalat itu, Nabi tidak mengizinkan lagi ada pembicaraan. Tidak ada ngobrol-ngobrol. Langsung masuk ke rumah untuk istirahat atau untuk menunaikan ibadah malam.
Alangkah indahnya hari-hari seperti ini. Hari bergulir dalam penjagaan waktu shalat. Agar gulirannya mengikuti kucuran rahmat dari Allah dan keberkahannya. [Mh]