Chanelmuslim.com – Hudzaifah terlihat lembut dan bijaksana ketika sedang berada di temapt ibadahnya. Dia terlihat gagah dan tangguh ketika berada di tengah medan perang. Singkatnya, dia jago dalam setiap tugas yang dibebankan kepadanya atau setiap permasalahan yang harus dicarikan solusinya.
Ketika perubahan iklim kota Madain membawa dampak buruk bagi kesehatan kaum muslimin dari suku Arab, maka Khalifah Umar memerintahkan Sa’d bin Abi Waqqash, sebagai pemimpin mereka, untuk berpindah ke Kufah dan bermukim di sana.
Pehatikan, siapakah yang saat itu diserahi tugas untuk memilih tempat yang cocok untuk pemindahan Sa’d bin Abi Waqqash dan pasukannya?
Tidak lain, dia adalah Hudzaifah bin Yaman.
Bersama Salman bin Ziyad, mereka berdua mencari tempat yang cocok untuk tempat migrasi kaum muslimin. Ketika mereka sampai di Kufah, yang ternyata merupakan tanah kosong yang berpasir dan berbatu-batu kecil, Hudzaifah merasakan tempat inilah yang cocok. Ia berkata kepada sahabatnya, “Di sinilah tempat pemukiman itu, insya Allah.”
Demikianlah Kufah dirancang. Lalu pembangunan mengubahnya menjadi kota yang ramai.
Baru saja kaum muslimin pindah ke sana, orang-orang yang sakit segera sembuh, yang lemah menjadi kuat, dan urat-uarat mereka berdenyut menyebarkan aroma kesehatan.
Sungguh, Hudzaifah adalah orang yang cerdas dan berpengalaman luas. Ia sering berkata kepada kaum muslimin, “Bukanlah yang terbaik manakala meninggalkan dunia untuk akhirat, atau meninggalkan akhirat untuk dunia. Akan tetapi, yang terbaik adalah mengambil dunia dan akhirat.”
Satu hari, di tahun 36 Hijriah, dipanggil mengahadap Allah.
Saat ia berkemas-kemas untuk berangkat melakukan perjalanan terakhir, beberapa sahabat datang menjenguknya. Ia bertanya kepada mereka, “Kalian membawa kain kafan?”
“Ya,” jawab mereka.
“Coba lihat,” pinta Hudzaifah.
Tatkala dilihatnya kain kafan itu baru dan agak mewah, terlukislah pada kedua bibirnya senyuman terakhir bernada ketidaksenangan. Ia berkata, “Kain kafan ini tidak cocok buatku. Cukuplah buatku dua helai kain putih tanpa gamis. Aku tidak akan lama berada dalam kubur, menunggu diganti dengan kain yang lebih baik atau dengan yang lebih jelek.”
Kemudian ia menggumamkan beberapa kalimat. Yang hadir pun mendekatkan telinga mereka ingin mendengar gumaman itu.
“Selamat datang, wali umat
Kekasih yang dirindukan
Hanya bahagia, dan tak ada rasa sesal.”
Jiwa suci itu pun terbang ke langit, mengahadap Tuhannya.
Kembali, bumi kehilangan orang terbaik, paling takwa, dan paling berbakti. (Tamat/dn)
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom