KATA-kata bijak orangtua sering kali terdengar ketika kita sedang berbincang tentang sesuatu bersama orangtua kita. Berbekal pengalaman dan pengetahuan orangtua, mereka menebarkan nasihat untuk anak-anaknya.
Setelah tumbuh dewasa kita sering merasa nasihat-nasihat orangtua menjadi begitu usang. Apalagi jika itu berkaitan dengan pengasuhan anak.
banyak nasihat yang berasal dari mitos-mitos yang sebenarnya tidak perlu kita khawatirkan. Misalnya menyematkan bangle dengan peniti ke baju anak akan menghindarkan bayi kita dari gangguan makhluk halus.
Kebiasaan-kebiasaan lama orangtua terkadang tidak masuk ke logika kita, misalnya bagaimana mungkin kita membekali satu pisau lipat kecil atau gunting kuku kecil untuk bayi kita agar mereka bisa terhindar dari gangguan makhluk halus.
Bukankah pisau lipat kecil itu bisa melukai bayi yang masih belum bisa apa-apa? Begitu juga dengan pantangan makanan untuk ibu menyusui. Kita tidak boleh memakan makanan yang pedas karena itu akan mempengaruhi pencernaan bayi.
baca juga : Kata-Kata Sederhana Penguat Cinta
Kata-Kata Bijak Orangtua untuk Hidup Lebih Baik
Meski begitu, nasehat-nasehat orangtua tidak sepenuhnya using. Banyak nasihat yang bisa kita gunakan dalam hidup kita.
Bahkan nasihat-nasihat itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Beberapa nasihat orangtua yang bisa kita renungi dan kita jadikan petunjuk dalam hidup kita
1. Orangtua dari suku Jawa suka menasihati anak-anaknya dengan beberapa kata-kata berikut,
“Sura dira jayaningrat,lebur dening pangastuti”
Segala sifat keras hati, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut dan sabar
“Sepiro gedhene sengsoro yen tinompo amung dadi coba”
Sebesar apapun masalah jika diterima dengan lapang dada dan ikhlas hanya akan menjadi cobaan ringan.
“Adhang-adhang tetese embun, pasrh peparing marang gusti”
Setelah usaha dengan maksimal kita juga harus pasrah atas apa yang telah diusahakan dengan kehendak Tuhan.
2. Nasihat orangtua dari suku Minang sering berkaitan dengan kerja keras.
“Kabaruntungan datang dari basungguh – sunguah, dan razaki datang karano bausaho”
keberuntungan datang dari kesungguhan, dan rezeki datang karena berusaha.
“Hidupko sabuah pambarian, untuak mambarikan kito ka istimewaan, kesempatan, dan tanggung jawab untuak manjadi urang yang labiah baik”
Hidup ini sebuah pemberian yang diberikan keistimewaan, kesempatan, dan tanggung jawab untuk menjadi orang yang lebih baik
3. Nasihat orangtua dari suku sunda tentang menerima takdir.
“Sa’acan urang ngaraos cape sareng ngarasa ngeluh kana pagawean nu keur urang lakukeun, cobi pikirkeun heula ka marenehana anu ngalanggur, jalmi-jalmi anu cacat, anu ngahareupkeun ngagaduhan pagawean siga urang.”
Jangan sering mengucapkan kata lelah dan mengeluhkan pekerjaan, coba pikirkan orang-orang yang belum bekerja, orang yang cacat yang mengharapkan pekerjaan seperti yang kamu miliki.
“Sateu acan arurang nunjukeun panangan sareng terus nyalahkeun ka diri sorangan. Cobi inget heula! Yen hanteu aya jalmi saurang oge, nu luput tina sagala kasalahan atanapi dosa.”
Jangan selalu menyalahkan diri sendiri, tidak satu manusia pun yang luput dari kesalahan.
“Sa’acan urang ngarasakeun ngeluh ka barudak (anak-anak) urang, pikirkeun heula ka jalmi anu mandul, anu hoyong pisan ngagaduhan anak.”
Jangan suka mengeluhkan anak-anak, pikirkan orang-orang yang tidak mempunyai anak dan sangat merindukan kehadirarn anak dalam rumah tangganya.
“Sateuacan urang ngeluh kana imah arurang nu kotor, ku sabab henteu aya pembantu nu nga-bersihkeunana. Cobi pikir keun heula ka jalmi-jalmi nu hirup di jalanan anu cicing dina saung.”
Jangan suka mengeluhkan rumah yang kotor karena tidak punya pembantu. Coba pikirkan orang-orang yang hidup di jalanan yang tidak mempunyai rumah.
“Sateuacan urang ngaras ngeluh ka pamajikan atanapi salaki, cobi pikir keun heula ka jalmi-jalmi nu terus-terusan ngareup menta jodo ka gusti Alloh.”
Jangan suka mengeluhkan istri atau suami, coba pikirkan orang-orang yang selalu berdoa meminta jodoh kepada Allah.
“Sa’acan urang ngeluh sabab ngarasa ka diri sorangna paling buruk, cobi pikirkeun heula ka jalmi-jalmi nu aya dina tingkat paling buruk di kahirupana.”
Jangan selalu mengeluh dan merasa diri paling sengsara, coba pikirkan dulu orang-orang yang keadaannya lebih buruk dari kita.
Nasihat-nasihat orangtua tidak selalu berdampak buruk bagi kehidupan kita. Bahkan nasihat-nasihat orangtua berisikan nilai-nilai luhur yang membawa kedamaian tidak hanya pada alam tapi juga kepada kehidupan manusia. [Maya]