ChanelMuslim.com – Pertama. “Saya biasa bicara blak-blakan. Apa adanya. Jadi harus maklum dong.” Dan yang lain mengangguk-angguk dan berusaha memakluminya. Kemudian dia bebas bicara apa saja dengan alasan ‘Saya biasa blak-blakan’. Sehingga bebas pula menyakiti dan bicara apa adanya. Sekali lagi, minta pemakluman walau ujungnya menyakitkan.
Termasuk, “Wah, gemuk banget pakai baju kuning gitu!” Atau, “Wah, saya nggak doyan nih. Maaf ya saya nggak makan.” Tidak bisakah dimakan sedikit untuk menghormati orang yang memberi. Dan semua orang dipaksa untuk menerima sikapnya yang blak-blakan. Menelan bulat-bulat semua yang dikatakan dan memberi banyak maaf untuknya . Memahami semua celotehnya yang menyakitkan dan kalimat ampuh, “Jangan baperan dong ah.”
Kedua.”Sabar ya, Bu. Maklum dia lagi stress. Tadinya sehat dan kuat. Eh, tiba-tiba sakit kemana-mana pakai kursi roda.” Ada tambahan pesan, “Yang sehat mengalah.” Dan ibu yang sakit ini kemudian bebas membentak dan bebas mengungkapkan perasaan dan meluapkan stressnya pada orang di sekitarnya dan semua harus bersabar dengan alasan ‘Maklum dia lagi sakit, yang sehat mengalah’.
Ketiga. Maklum ibu X sudah tua. Ya maklumi sajalah. Dia mau bilang apa iyakan saja. Beliau mau menuduh apa ya sok dengerkan saja. Maklumlah orang sudah tua.
Hmm, saya menilai ini tidak adil. Apakah mentang-mentang kita sakit. Kita lagi ada masalah. Kita lagi stress. Kita sudah mulai tua. Kita punya sifat blak-blakan. Lalu, kita bebas bersikap sewenang-wenang dan memaksa orang untuk memaklumi, memahami dan membiarkannya.
“Kok yang different malah diberi excuse untuk do everything?”
Enaknya jadi orng sakit. Enaknya jadi orang blak-blakan. Enaknya jadi orang tua. Enaknya jadi orang stress. Jadi bebas melakukan apapun saja. Banyak dimaklumi. Bahkan kita semua dipaksa maklum. Tapi ingat, malaikat mencatat semuanya baik kita lagi sakit atau lagi sehat atau lagi strees ataupun ketika kita sudah tua. Dan Allah Maha Adil. Berpikir keras.
Di kitab Az Zuhd, Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Seseorang tidaklah dikatakan benar-benar faqih, ketika ia jijik akan kekurangan manusia di sisi Allah, sampai ia balik kembali melihat dirinya sendiri, kemudian sadar, bahwa ternyata pada dirinya sendiri lebih pantas ia merasa jijik.”
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: