BANYAK sekali kisah tentang ilmu yang dapat mengangkat derajat seseorang. Seberapa besarkah keinginan kita untuk terus menimba ilmu? Bagaimanakah kedudukan ilmu dimata kita?
Orang-orang shalih dimasa kejayaan Islam mengetahui bahwa ilmu sejatinya lebih penting daripada harta, ilmu dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang bertakwa dan ilmulah yang dapat membuat seseorang terangkat derajatnya.
Baca Juga: Kisah Masuk Islamnya Bintang Hip Hop Terkenal di Jerman
Kisah-Kisah tentang Ilmu yang Mengangkat Derajat Seseorang
Kisah-kisah berikut menunjukkan begitu penting dan tingginya ilmu dibanding dengan harta dan jabatan.
Nasihat Sang Ibu untuk Suftan Ats-Tsasuri
Sufyan Ats-Sauri dimotivasi oleh ibunya untuk menuntut ilmu. Jangan sampai ia disibukkan oleh hal lain, meski urusan untuk mencari sesuap nasi. Waki’ berkata, “Ibu Sufyan Ats-sauri berkata pada Sufyan, ‘Putraku, carilah ilmu. Aku akan mencukupi kebutuhanmu dari upah memintal benang.”
Ia berkata pula, “Wahai putraku, jika kamu menulis 10 huruf, maka lihatlah dirimu! Apakah (dengan menulis 10 huruf itu) langkah kakimu, sikap sayangmu, dan harga dirimu telah bertambah?
Jika tidak bertambah, ilmumu itu tidak akan membahayakanmu dan tidak pula memberimu manfaat.
Pemimpin Bermodalkan Takwa
Muhammad bin Abu Alqamah menghadap kepada Abdul Malik bin Marwan. Khalifah bertanya, “Siapa orang yang menjadi tokoh di kota Bashrah?”
“Al-Hasan,” jawab Muhammad.
“Dia hamba sahaya atau orang Arab?”
“Hamba sahaya”
“Celaka kamu! Bagaimana mungkin seorang hamba sahaya menjadi tuan bagi orang Arab?”
“Iya, bisa saja.”
“Dengan modal apa ia memimpin?”
“Dia tidak membutuhkan harta duniawi yang kita punya, dan kita membutuhkan ilmu yang dimilikinya.”
“Ceritakan ciri-ciri orang itu kepadaku!”
“Ciri-cirinya, dia adalah orang yang paling cepat melaksanakan perintah Allah, dan paling banyak meninggalkan larangan Allah.
Ilmu Mengangkat Derajat Seseorang
Asy-Sya’bi berkata, “Aku menemui Al-Hajjaj saat ia tiba di Irak. Ia menanyakan namaku. Kemudian ia berkata, “Wahau Sya’bi, sejauh mana kamu mengetahui Kitab Allah?”
Aku menjawab, “Pendapatku dipedomani orang.”
“Bagaimana kamu mengetahui ilmu fara’idh (waris)?”
“Aku menjadi rujukan orang-orang.”
“Bagaimana kamu mengetahui fikih?”
“Aku adalah orang yang menguasai ilmu fikih.”
“Apa yang kamu ketahui tentang silsilah keturunan orang-orang?”
Aku mengatakan, “Aku memiliki keutamaan daam silsilah keturuan”
“Apa yang kamu ketahui tentang syair?”
“Aku adalah diwan syair?”
Asy-Sya’bi berkata, “Masya Allah, Al-Hajjaj memberiku uang 2000, memperkenalkanku kepada kaumku, aku masuk kota Hamdan sebagai orang paling miskin, lalu aku meninggalkan penduduk Hamdan sebagai tuan mereka. [Cms]
(sumber: Golden Stories Kisah-Kisah Indah Dalam Sejarah Islam, Mahmud Mustafa Sa’ad & Dr. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, Pustaka Al-Kautsar)