SEKRETARIS Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres telah mengeluarkan SOS iklim terbaru, menyerukan negara-negara untuk Selamatkan Laut Kita saat ia memperingatkan tentang krisis skala yang tak terbayangkan yang disebabkan oleh gas rumah kaca dan naiknya permukaan air laut.
Dikutip dari aljazeera.com, berbicara pada pertemuan para pemimpin regional Kepulauan Pasifik di ibu kota Tonga, Nuku’alofa, ia memperingatkan bahwa tidak ada sekoci penyelamat yang dapat membawa kita kembali ke tempat aman.
Nuku’alofa menjadi tuan rumah bagi lebih dari 1.000 delegasi internasional untuk Pertemuan Pemimpin Forum Kepulauan Pasifik hingga 30 Agustus 2024.
Baca juga: Gedung Lantai Enam Rumah Sakit Pusat Pertamina Mengalami Kebakaran
Naiknya Permukaan Air Laut, Sekjen PBB telah Keluarkan SOS Iklim Terbaru
Perubahan iklim dan dampaknya terhadap masyarakat di dataran rendah Pasifik menjadi topik utama dalam pertemuan para pejabat regional, yang memimpin beberapa negara paling terancam di dunia.
Guterres, yang terakhir kali menghadiri Pertemuan Para Pemimpin pada tahun 2019, memperingatkan bahwa dengan sekitar 90 persen penduduk yang tinggal dalam jarak 5 km (3 mil) dari pantai, dan ketinggian rata-rata hanya satu hingga 1-2 meter (3,2-6,5 kaki) di atas permukaan laut.
Salah satu upaya mitigasi perubahan iklim paling ambisius di Kepulauan Pasifik adalah Pacific Resilience Facility.
Lembaga keuangan yang dimiliki dan dipimpin oleh Pasifik ini yang akan mendukung masyarakat lokal agar lebih tangguh menghadapi perubahan iklim, dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2025 tetapi menghadapi kekurangan dana yang parah dari para donor internasional.
Guterres mengulangi seruannya yang sudah lama disampaikan kepada negara-negara penghasil emisi terbesar, negara-negara Kelompok 20 (G20), untuk memberikan dukungan finansial kepada negara-negara paling rentan terhadap perubahan iklim di dunia.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Komentar Guterres muncul saat dua badan PBB menerbitkan laporan yang memperingatkan tentang memburuknya kenaikan permukaan laut.
Laporan Tim Aksi Iklim menemukan bahwa permukaan air laut di Nuku’alofa telah naik 21 sentimeter (8,3 inci) antara tahun 1990 dan 2020, lebih dari dua kali lipat rata-rata global sebesar 10 sentimeter (3,9 inci).
Majelis Umum PBB akan mengadakan sesi khusus untuk membahas ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh naiknya permukaan air laut pada tanggal 25 September 2024. [Din]