JUJUR dan dusta itu bisa menjadi ciri. Karena itu, jangan anggap biasa perkataan dusta. Meskipun hal sepele.
Imam Bukhari rahimahullah begitu selektif dengan kualitas hadis yang disampaikan seseorang. Ia menganalisis apakah ucapan seseorang sangat bisa dipercaya.
Di masa itu, jarang para penyampai hadis berkata bohong. Mereka dikenal sebagai orang yang sangat jujur dan sangat soleh.
Namun begitu, kadang di antara mereka ada yang ‘lengah’ dengan nilai kejujuran mereka. Tanpa disadari mereka biasa berbohong pada hal yang dianggap sepele.
Salah satunya, ‘membohongi’ hewan peliharaan. Dikisahkan, ada seorang penyampai hadis yang sedang dicatat hadisnya oleh Imam Bukhari kemudian dinilai berkualitas lemah.
Alasannya sederhana, orang itu menggerakkan tangan dan lisannya seolah akan memberikan makan pada hewan peliharaan, padahal tidak. Maka orang itu pun dinilai Imam Bukhari sebagai ‘berbohong’. Meskipun yang dibohongi hanya hewan peliharaan.
Bagaimana dengan kita sekarang? Orang berbohong begitu mudah ditemukan. Sebaliknya, orang jujur sangat sulit dicari.
Sehingga, pergaulan antar masyarakat tersekat pada satu soal: omongan orang ini bisa dipercaya atau tidak?
Jangan heran jika masyarakat umumnya sulit bisa percaya dengan omongan tiga orang ini. Yaitu, omongan calon pejabat yang ingin meraih simpati dan dukungan orang banyak. Kedua, omongan sales atau penjual terhadap mutu dagangannya. Dan ketiga, omongan seorang pria yang sedang mengincar gadis pujaannya.
Jangan anggap sepele berbohong, meskipun tentang hal yang dianggap biasa. Misalnya, membohongi anak supaya tidak main keluar di malam hari: “Jangan main di luar, banyak setan!”
Padahal, tak satu pun setan yang pernah dilihat oleh si penyampai pesan ini. Dan cara berbohong ini secara tidak disadari akan dianggap anak sebagai hal boleh dan biasa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa jujur dan bohong itu menjadi ciri karena biasa.
“…Bila seseorang selalu jujur dan tetap berlaku jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
“…Bila seseorang selalu berbohong dan tetap berlaku bohong, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong.” (HR. Bukhari, Ahmad, Muslim, dan lainnya)
Jadi, biasakan untuk selalu berkata jujur. Meskipun tentang hal yang sepele. Karena ciri atau karakter lahir dari segala yang dibiasakan. [Mh]