PELOPOR kebaikan itu bukan hanya dikenang sebagai orang hebat. Tapi juga meraih pahala dari amal penerus mereka.
Dari generasi ke generasi, dari masa ke masa, dan dari kiprah sat uke kiprah lainnya; selalu ada orang-orang yang disebut sebagai pelopor.
Merekalah yang merintis pertama kali sebuah amal kebaikan. Dalam bidang kebaikan apa pun: sosial, pendidikan, keuangan, agama, dan lainnya.
Contoh yang kekinian, akhir-akhir ini umat Islam mengenal apa yang disebut dengan ‘Jumat Berkah’. Yaitu, memberikan makan gratis kepada mereka yang membutuhkan di momen hari Jumat.
Lokasi pembagiannya beragam. Bisa dilakukan di masjid seusai shalat Jumat. Bisa juga di gerai-gerai warung tepi jalan. Siapa pun yang membutuhkan, bisa menikmati.
Tentu saja, ada orang yang pertama kali melakukannya. Ia melakukannya secara istiqamah, terus-menerus untuk jangka waktu yang lama. Dan akhirnya diikuti oleh donator-donatur yang lain di seluruh wilayah.
Nah, orang yang pertama kali mempelopori Jumat Berkah itulah yang bisa dibilang sangat beruntung. Kenapa? Karena ia memperoleh pahala atas amalnya dan amal-amal orang yang mengikuti jejaknya.
Mungkin saja sang pelopor sudah meninggal dunia. Tapi pahala amal Jumat Berkah terus mengalir kepada dirinya. Semakin banyak orang mengikuti jejaknya, semakin banyak pahala yang ia peroleh. Tanpa mengurangi pahala para pengikut jejaknya.
Begitu pun dalam ‘proyek’ kebaikan yang lain. Misalnya, mereka yang pertama mendirikan Baitul Qur’an dengan biaya gratis. Mereka yang pertama mendirikan sekolah gratis untuk anak jalanan. Dan seterusnya.
Hal ini karena sebagai pelopor menghadapi tantangan yang jauh lebih berat dari sekadar yang mengikuti. Seperti, mendapat tentangan keras, sulitnya mendapat dukungan termasuk finansial, dan akan dituduh dengan aneka cap negatif.
Tidak heran jika pahala mereka Allah lipatgandakan. Dan bonus pahalanya begitu sangat fantastis.
Tapi jangan salah, mereka yang mempelopori keburukan juga bernasib sebaliknya. Yaitu, mendapatkan dosa dari apa yang dilakukannya, ditambah dosa-dosa orang yang mengikuti jejaknya. Na’udzubillah min dzalik.
Dengan kata lain, jangan terlalu cerdas untuk melakukan keburukan. Yaitu, dengan mencontohkan terobosan baru tentang perbuatan buruk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang mempelopori hal kebaikan dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahala dan (ditambah) pahala orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.
“Dan siapa yang mempelopori hal keburukan dalam Islam, maka ia akan memperoleh dosa dan (ditambah) dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
Jadi, jika ingin meraih pahala berlipat-lipat, jadilah sebagai pelopor amal kebaikan. Tapi hati-hati juga, jangan pernah menjadi pelopor keburukan. Karena, dosanya juga akan berlipat-lipat. [Mh]