SAHABAT Muslim, ada 7 penghambat kebahagiaan yang dijelaskan oleh motivator keluarga dari Rumah Pintar Aisha, Randy Ariyanto W. Yuk, kita simak apa saja yang merintangi kita untuk bahagia.
1. Berburuk sangka.
Penghambat kebahagiaan yang pertama adalah berburuk sangka. Saat kita diuji dengan sedikit masalah lalu kita berburuk sangka kepada Allah.
Kita menganggap Allah tidak sayang, Allah tidak adil. Saat diuji hendaknya kita muhasabah diri. Kita introspeksi diri, mengapa Allah memberiku ujian seperti ini.
Barangkali ada dosa yang kita lakukan sehingga Allah ingin hapus dosa kita itu dengan ujian. Mungkin ada orang yang kita sakiti, lalu Allah tegur diri kita dengan ujian.
Setelah itu, mohon ampun kepada Allah dan mendekat kepada Allah. Minta pertolongan agar ujian ini segera Allah beri solusinya. Termasuk juga suudzon kepada orang lain.
Nah agar kita tetap bahagia, biasakan untuk berprasangka baik/husnudzon kepada Allah ataupun kepada orang lain.
Caranya ambil saja hikmah dari setiap kejadian yang kita alami dan menjaga prasangka baik kita kepada orang lain.
2. Menyesali masa lalu.
Kejadian masa lalu terus saja kita ingat. Setiap hari kita isi dengan perasaan sedih, marah, kesal, benci, dendam, takut, khawatir.
Kita gampang marah, gampang menangis saat mengingat kejadian masa lalu. Kita berangan-angan, berandai-andai peristiwa masa lalu itu tidak pernah terjadi. Kita menyesali peristiwa itu.
Itu yang membuat kita tidak bahagia. Hidup kita akan penuh dengan penyesalan, kesedihan, kemarahan, kebencian. Sobat, terima saja kejadian itu.
Semua yang sudah terjadi sudah menjadi takdir-Nya. Semua sudah menjadi kehendak-Nya. Jika kita tidak terima berarti kita menolak ketentuan-Nya.
Sobat, coba sekarang bayangkan kejadian yang menyakitkan itu, Lalu akui kalau sobat sedih saat mengingatnya. Berdoalah seperti ini “Ya Allah hamba sediiiih sekali saat si …. menghina saja di depan banyak orang.
Hamba marah sekali kepadanya. Tetapi hamba ikhlas ya Allah, hamba menerima kejadian itu. Semua sudah Engkau kehendaki.
Semua sudah menjadi ketetapan-Mu. Hamba ridho dan ikhlas atas semua kehendakMu kepadaku. Ampuni aku ya Allah, tenangkan hatiku. Aku maafkan dia”.
Terus saja berdoa seperti itu, diselingi dengan istighfar. Jika ingin menangis, nggak apa-apa menangislah. Menangis itu tandanya kita sedang menetralkan perasaan kita.
Insha Allah lambat laun hati kita akan menjadi lebih tenang. Sobat ingatlah, jika kita berandai-andai, maka sama halnya kita membuka pintu setan.
Setan membisikan kepada kita agar kita semakin sedih, semakin marah, semakin terpuruk. Agar kita melakukan tindakan yang tidak baik bagi diri kita dan orang lain.
Sobat, berdoalah kepada Allah agar kita bisa menerima dan mengikhlaskan masa lalu. Berdoalah kepada Allah agar kita mudah memaafkan.
3. Khawatir dengan masa depan.
Allah telah mengabarkan dalam Alquran QS Al-Baqarah ayat 268,
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.
“Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui”.
Sobat, kekhawatiran kita akan masa depan itu adalah bisikan setan. Kekhawatiran akan kekurangan, kemiskinan itu adalah proyek setan untuk menjerumuskan manusia.
Lalu bagaimana agar kita tidak khawatir. Ada 3 kuncinya, pertama adalah berdoalah dan pasrahkan diri kepada Allah masa depan kita.
“Ya Allah aku khawatir karena…, aku memohon ya Allah tolonglah aku, bantu aku. Aku berpasrah diri akan semua ketentuan-Mu kepadaku”.
Baca Juga: Kebahagiaan yang Menyedihkan
7 Penghambat Kebahagiaan
Kedua, rajin-rajinlah menolong orang lain. Ingat hukum Allah ini.
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat.
Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat.
Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim).
Jadi sobat, banyaklah perbuat baik kepada orang lain. Banyaklah menolong orang lain.
Banyak berbagi ilmu, banyak sedekah, banyak memberi senyum, banyak menyenangkan orang lain terutama kepada keluarga, kepada orang tua, istri, anak, saudara.
Selama kita banyak berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali kepada diri kita. Selama kita banyak menolong orang lain maka Allah akan menolong diri kita disaat kita mendapatkan kesusahan. Itu rumusnya.
Ketiga ikhtiar. Berusahalah semampu kita untuk mencari solusi dari masalah yang kita hadapi. Insha Allah disaat kita berusaha, akan ada keajaiban.
Tiba-tiba saja Allah menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi.
4. Memiliki keinginan berlebih.
Sobat, keinginan manusia itu seringkali tanpa ujung. Sudah punya motor, ingin punya mobil. Sudah punya mobil ingin punya mobil mewah.
Sudah punya mobil mewah ingin punya kapal pesiar pribadi. Sudah dapat juga muncul keinginan punya pesawat pribadi.
Sama halnya dengan harta, punya berapapun harta tidak pernah cukup. Itu yang menyebabkan tidak bahagia, selalu menginginkan sesuatu yang tidak ia miliki lupa mensyukuri apa yang sudah dimiliki.
Jadi sobat belajarlah untuk mensyukuri apa yang kita miliki saat ini maka kita akan bahagia.
5. Merasa memiliki padahal semua adalah titipan.
Sobat, kita mengira rumah, mobil, harta, jabatan, anak, istri itu adalah milik kita. Padahal hakikatnya semua itu bukan milik kita bahkan diri kita ini juga bukan milik kita.
Saat kita merasa memiliki, lalu Allah ambil kepemilikan itu, maka kita akan sedih, stres, berontak, marah. Kita berusaha mempertahankan semuanya.
Maka kita perlu mengubah konsepnya, semua itu bukan milik kita tetapi semua adalah titipan. Contohlah tukang parkir.
Ia akan ikhlas menerima masuk keluarnya mobil di area parkirnya. Karena ia tahu semua mobil itu bukan miliknya. Semua itu hanya titipan saja.
Karena semua itu titipan, maka kita tidak perlu sombong. Apa yang kita sombongkan, bahwa semua itu ada akhirnya, termasuk diri kita juga ada batas akhirnya.
Semuanya itu hanya titipan dan sementara, maka gunakan sesuai dengan peruntukannya, tak perlu berlebihan, tak perlu dibangga-banggakan.
Lebih baik lagi jika digunakan untuk menolong agama Allah. Terhadap titipannya kita perlu menjaga dan merawatnya. Sobat, perhatikan ayat berikut ini.
“Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu.
“Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 284)
6. Meletakkan kebahagiaan pada kata “jika”.
Misalnya saya bahagia jika saya punya rumah. Saya akan bahagia jika suami saya baik kepada saya. Saya bahagia jika saya lulus kuliah, jika saya sudah bekerja, jika saya sudah menikah, jika saya punya anak dst.
Jika kita meletakkan kebahagiaan itu pada kata “jika” maka kapan kita bisa bahagia.
Misalnya nih, Saya bahagia jika saya kuliah berarti ia tidak akan bahagia saat belum kuliah atau dengan kata lain dia melarang dirinya bahagia sebelum ia bisa kuliah.
Lalu saat keterima dan kuliah, mungkin ia bahagia namun hanya hitungan hari ia tidak bahagia lagi karena mematok lagi bahagianya jika lulus kuliah. Jadi selama ia kuliah ia tidak bahagia.
Terus berlanjut, tidak bahagia jika belum bekerja, tidak bahagia jika belum promosi, tidak bahagia jika belum menikah, tidak bahagia jika belum punya anak.
Seumur hidupnya ia tidak akan pernah bahagia. Maka ganti redaksinya sobat dari kata “jika” menjadi kata “walaupun/meskipun”. Katakan “Saya bahagia meskipun saya belum kuliah”.
“Saya bahagia walaupun belum mendapatkan jodoh” dst.
7. Lupa kepada yang Maha Pemberi.
Kita lupa kepada Allah. Kita tidak pernah ingat Allah. Kita lupa jika semua yang kita nikmati itu pemberian Allah. Kita sibuk dengan urusan dunia. Sibuk dengan berbagai masalah dunia.
Kita meninggalkan Yang Maha Pemberi Solusi dari masalah kita. Kita lupa sholat. Kita lupa berdoa. Kita lupa Berdzikir. Lupa membaca ayat-ayat-Nya.
Jika kita lupa kepada Tuhan maka kita tidak akan menemukan kebahagiaan sejati.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).
Sahabat ChanelMuslim, itulah 7 penghambat kebahagiaan. Jangan sampai kita terperosok di dalamnya ya. Semoga bermanfaat.[ind]