SASARAN dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain umat Islam juga kepada orang Nasrani, salah satunya Adi bin Hatim Ath-Tha’i, seorang tokoh besar dari kabilah Tha’i, yaitu kabilah Arab yang terkenal. Ia adalah seorang Nasrani yang membenci dakwah Rasulullah.
Mulanya Adi bin Hatim mengira bahwa dakwah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki motif kekuasaan semata.
Dalam permusuhannya dengan Rasulullah, ia melarikan diri ke Syam dan tinggal beberapa lama di sana. Akan tetapi pada akhirnya ia kembali ke Madinah untuk membaca situasi Rasullah dalam arti yang sesungguhnya.
Baca Juga: Cara Rasulullah Refreshing Melepas Penat
Dakwah Rasulullah kepada Orang Nasrani, Salah Satunya Adi bin Hatim
Ia berkisah, ”Aku kemudian lebih membenci keberadaanku di sana ketimbang kebencianku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Aku lalu putuskan lebih baik aku pergi menemuinya. Kalau ia seorang raja atau pendusta, niscaya aku dapat mengetahuinya dan jika ia seorang yang benar (Nabi), aku harus mengikutinya.
Kemudian aku berangkat hingga aku berada di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah.
Aku menemui beliau ketika beliau berada di masjidnya lalu aku ucapkan salam kepadanya. Beliau bertanya: “Siapa anda?” Aku jawab: “Adi bin Hatim!”
Ia tidak menyangka bahwa Rasulullah menyambunya dengan ramah, diluar dugaannya selama ini. Rasulullah kemudian mengundangnya, menarik sendiri tangan Adi bin Hatim, menyiapkan tempat duduknya dan menghidangkan jamuannya.
Melihat sikap Rasulullah, Adi bin Hatim berkata dalam hatinya, “Ini bukanlah perilaku seorang penguasa atau raja. Kalau Muhammad menginginkan kekuasaan tentu dia tidak memperlakukanku seperti ini.”
Maka Rasulullah dan Adi bin Hatim berdialog membicarakan masalah-masalah yang mendasar dalam doktrin Nasrani.
“Bukankah engkau selama ini menyembah pendeta-pendeta kalian?” tanya Rasulullah.
Adi bin Hatim menjawab, “Kami tidak pernah menyembah mereka.”
Lalu Rasulullah membantah, “Bukankah selama ini engkau mengharamkan apa yang mereka haramkan dan menghalalkan apa yang mereka haramkan. Itu artinya kalian menyembah mereka.”
Adi bin Hatim merasa heran dengan pernyataan Rasulullah, karena menurutnya jika seseorang ingin berkuasa seharusnya ia tidak bertanya hal-hal ini.
Rasulullah juga berkata kepada Adi, “Wahai Adi, mungkin kamu menolak untuk masuk agama ini karena kamu melihat kemiskinan dan kemelaratan kaum muslimin. Demi Allah, sudah dekat masanya dimana harta akan melimpah di kalangan mereka sehingga tidak ada lagi yang berkenan menerimanya.
“Wahai Adi! Aku tahu hal yang menghalangimu masuk Islam! engkau terhalang masuk Islam karena melihat jumlah kaum muslimin yang sedikit dan jumlah musuh mereka yang banyak.
Demi Allah telah dekat saatnya dimana kamu akan mendengar seorang wanita Qadisiyah mengendarai untanya sendiri ke Ka’bah tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah.
Nabi kembali bersabda, “Wahai Adi! Aku tahu hal yang menghalangimu masuk Islam!” Engkau terhalang masuk Islam karena kamu melihat bahwa kerajaan dan kekuasaan hanya dipegang oleh selain muslimin.
Demi Allah tidak lama lagi kamu akan mendengar bahwa istana putih di bumi Babil (daerah Irak) akan takluk kepada mereka dan bahwa harta kekayaan Kisra bin Hurmuz berpindah ke tangan mereka.”
Adi bin Hatim berkata, “Harta kekayaan Kisra bin Hurmuz?”
Nabi menjawab, “Ya, harta kekayaan Kisra bin Hurmuz.”
Setelah mendengar semua sabda Rasulullah, Adi bin Hatim masuk Islam dan langsung berbaiat kepada Rasulullah.
Adi bin Hatim diberi umur yang panjang sehingga ia telah membuktikan kebenaran sabda Rasulullah.
Adi bin Hatim melihat sendiri ada seorang wanita Qadisiyah yang mengendarai unta sendirian ke Ka’bah tanpa ada rasa takut kecuali kepada Allah.
Dan ia juga telah membuktikan sendiri bahwan Adi bin Hatim berada di barisan depan dalam pasukan muslimin yang melawan Kisra dan mendapat harta rampasan. [Ln]