Chanelmuslim – Pendiri CV Vermindo Internasional Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengakui bahwa salah satu rahasia suksesnya adalah ingin tetap dekat dengan anak meskipun bisnis berjalan.
Indonesia mempunyai banyak wanita pengusaha yang berhasil membesarkan perusahaan hingga sukses namun tetap menomorsatukan keluarga.
Salah satu wanita pengusaha itu adalah Dwi Ranny Pertiwi Zarman. Usianya memang sudah setengah abad. Namun, semangat dan gerak geriknya seperti usia tiga puluh tahunan.
Chanelmuslim mengunjungi Ibu Ranny di Kantornya, Jalan Kemandoran No.55, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Kamis (27/7/2018).
Wanita yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisonal Indonesia ini menjelaskan mengenai awal mula pendirian CV Vermindo Internasional.
Sebelum memulai bisnis, Ranny bekerja di BPPT membantu Wardiman Djojonegoro.
“Dulu, saya kerja membantu Pak Wardiman Djoyonogoro. Dulu beliau belum menteri masih BPPT. Waktu itu, saya menangani bidang ICMI. Itu tahun 90-an,” ujarnya.
Ia mengatakan, pada tahun 1994, ia memutuskan berhenti bekerja, ia ingin membuka usaha sendiri. Namun, oleh Pak Wardiman Djojonegoro, Ibu Ranny ditempatkan bekerja dengan rekanan bisnisnya.
“Setelah itu, pas Wardiman jadi Menteri itu saya berhenti, karena saya tidak melanjutkan jadi birokrat. Saya bilang kepada beliau ingin bisnis, akhirnya beliau tempatkan di rekanan beliau,” jelas Ranny.
Hingga tahun 1997, Ranny berhenti bekerja dan mulai tahun tersebut, ia mencoba kursus beternak cacing.
“Sampai kemudian tahun 1997, saya total berhenti. Anak saya kan sudah remaja. Jadi saya ingin fokus ke anak-anak. Saya mulai berusaha. Kursus beternak cacing, beternak, belut, beternak jangkrik. Dari semua kursus itu, saya pilih cacing untuk dikembangbiakkan,” tambahnya.
Baca Juga: 4 Rahasia Meracik Teh Enak dan Nikmat
Rahasia Sukses Pendiri CV Vermindo Internasional: Ingin Dekat dengan Anak
Menurut Ranny, cacing itu tidak seperti belut dan jangkrik. Ia beranggapan kalau beternak belut itu susah, begitu juga dengan jangkrik yang suka loncat. Berbeda dengan cacing yang mudah diawasi.
“Belut susah, jangkrik loncat loncat. Kalau cacing taruh di meja kan tidak langsung kabur kan. Saya pilih cacing,” tutur Ibu berkacamata ini.
Waktu memulai belajar beternak cacing, ia diberikan sekeranjang cacing. Selama sebulan, Ranny belajar beternak cacing.
“Waktu itu saya dikasih cacing sekeranjang. Saya lupa nama orangnya, di dari daerah Ciputat,” ungkapnya.
Waktu belajar beternak cacing, ia belum mengetahui bahwa cacing bisa digunakan untuk obat tetapi untuk pupuk.
“Waktu itu, tidak tahu buat obat ya, tahunya buat media pupuk,” ungkap Ranny, wanita kelahiran 1965 itu.
Keinginan berbisnisnya timbul ketika ia aktif di Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TK Al-Quran (LPPTKA).
Di sana, ia belajar mengenal hadist dibukanya pintu rezeki dari berdagang.
“Selain kerja, saya kan aktif di kegiatan sosial di Lembaga Pengembangan TK Alquran. Salah satunya saya punya andil di situ. Saya pengurus di sana sampai sekarang. Saya belajar agama. Kalau kita berdagang dibukanya pintu rezeki. Saya bismillah dong,” jelas Ranny.
Selain karena hadist, ia ingin fokus untuk mendidik anak-anaknya. Menurutnya, waktu itu anaknya sudah SMP. Ia takut anaknya terpengaruh pergaulan yang kurang baik.
“Kedua, saya ingin fokus ke anak-anak. Saya kan ingin usaha karena tidak ingin jauh dari anak. Mereka masih SMP, saya takut pergaulannya tidak bagus. Waktu itu kan, di sini banyak narkoba,” tutur Ibu dari 2 anak ini.
Menurut Ranny selama menjadi pengusaha, tidak ada keluhan dari anak-anaknya. Malah mereka senang bisa dekat dengan ibunya.
“Anak-anak support. Anak saya kan dua. Namun, satu sudah meninggal. Pada awalnya beternak cacing. Kedua anak saya mengalami saat beternak cacing,” pungkas Ranny.
Maasya Allah, pengorbanan seorang Ibu memang tiada habisnya dan ganjaran pahalanya luar biasa. Apalagi jika tetap menomorsatukan keluarga meskipun di sisi lain membantu perekonomian keluarga.
Semoga kisah Ibu Ranny dalam membangun usaha ini menjadi inspirasi bagi kita semua.[ind]